KedaiPena.com – Dalam diskusi yang digelar oleh Universitas Paramadina, PIEC, dan Yayasan Persada Hati, dinyatakan bahwa kampus harus terus menyuarakan setiap permasalahan mengenai kecurangan-kecurangan dalam Pemilu.
Ketua Paramadina Institute of Ethics and Civilization (PIEC) Pipip A Rivai Hasan menyatakan momen puasa ini seharusnya dapat melahirkan perilaku sesuai ajaran islam.
“Puasa yang tidak hanya bersifat ritual saja tetapi juga dengan konsekuensi sosial. Sebenarnya suara yang ada saat ini mengenai pemilihan presiden dan lain sebagainya, seharusnya sudah ada suara dan gagasan dari kampus sejak awal,” kata Pipip dalam diskusi “Puasa dan Introspeksi Kebangsaan di Universitas Paramadina Cipayung, dikutip Minggu (24/3/2024).
Dalam kesempatan yang sama, Handi Risza Idris, Wakil Rektor Universitas Paramadina mengungkapkan bahwa Paramadina sebagai sebuah lembaga tempat untuk menyampaikan berbagai aspek mengenai pemikiran-pemikiran kebangsaan.
“Dalam konteks kebangsaan, banyak sekali spekulasi yang membuat kita sebagai masyarakat bertanya-tanya mengenai pemerintahan saat ini. Dalam konteks kebangsaan, ini dianggap sebagai Machiavelli baru atau asal menang dan semuanya dipandang atas dasar kekuasaan,” ujar Handi.
Handi mengingatkan pada pemilu lalu, aktor yang ada sebenarnya sama. Sehingga yang membedakan hanya waktu saja.
“Perbuatan dengan menghalalkan berbagai cara terus dilakukan, maka dikhawatirkan akan terjadi kembali pada pemilu 2029 nanti,” tuturnya.
Dalam paparannya Handi menyatakan bahwa pada dasarnya kebijakan publik akan baik, jika penyelenggaraan pemilunya berjalan dengan baik.
“Dalam konteks ramadhan, tulisan Cak Nur memiliki semangat atau ruh untuk terus memperbaiki keadaan bangsa. Sehingga value mencintai negara, mencintai agama dan mencintai ilmu pengetahuan,” kata Handi lebih lanjut.
Handi melihat bagaimana pemimpin itu dipergilirkan masuk di dalamnya orang-orang yang fasik.
“Self correction atau self examination dapat merubah kebiasaan-kebiasaan, jika tidak dilakukan akan pergi begitu saja dan tidak membawa keuntungan. Jika yang berbuat salah tidak pernah dihukum, maka akan terus berulang kejadian-kejadian seperti ini. Dampaknya akan dirasakan oleh yang muda-muda, sehingga harus dihimbau, disuarakan dan diajak untuk melakukan koreksi diri, koreksi perjalanan bangsa kita saat ini apakah sudah benar. Menjalankan pemerintahan negara ini dengan jujur dan terbuka,” pungkas Handi.
Laporan: Tim Kedai Pena