KedaiPena.Com – Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) mempunyai sebuah cara untuk menyelaraskan program pemberdayaan masyarakat dengan konservasi.
Melalui sebuah program yang diberi nama Kampung Konservasi, TNGHS mencoba untuk tidak memisahkan kedua program yang amat sangat penting bagi keberlangsungan taman nasional.
Pengurus Bidang Kehutanan TNGHS Erlinda Mutiara mengatakan, program Kampung Konservasi dibentuk pada tahun 2006. Program ini pada awalnya membentuk 26 kelompok dari semua desa yang berada di sekitar wilayah Taman Nasional.
“Program kampung konservasi ini sudah ada dari tahun 2006 dan membentuk 26 kelompok. Untuk kelompok yang masih aktif sekitar 14 kelompok,” ujar dia saat berbincang dengan KedaiPena.Com, Rabu (22/11).
“Kelompok tersebut telah tersebar di seluruh Wiliyah Taman Nasional Halimun Salak seperti Bogor, Sukabumi, Lebak,” sambung Erlinda Mutiara.
Jenis program kampung konservasi ini, lanjut Erlinda, adalah pemberian pelatihan selama tiga tahun. Jadi, pihak taman nasional memberikan pelatihan dengan bentuk usaha dan bantuan modal.
“Sebagai timbal baliknya mereka berkewajiban menjaga kawasan dan menanam pohon serta melakukan patroli di kawasan taman nasional,” imbuh dia.
Erlinda melanjutkan, kampung konservasi ini sebenarnya bertujuan untuk menarik masyarakat keluar dari hutan dengan berkebun. Para warga akan memiliki profesi baru seperti berternak dan berdagang.
“Bahkan ada satu kampung konservasi di desa Sukagalih yang berada di Sukabumi. karena keberhasilannya itu jadi mereka juga berubah menjadi desa wisata,” tandas dia.
Laporan: Muhammad Hafidh