KedaiPena.Com – Munculnya gerakan ekstraparlementer Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) dianggap karena lemahnya kekuatan oposisi parlemen yang mengkritisi pemerintah.
Tokoh nasional Rizal Ramli mengatakan, lemahnya legislator menjadi corong rakyat karena aturan yang ada.
“Begitu kejatuhan Soeharto, DPR begitu berani, karena gak bisa di-‘recall’. Namun setelah Gus Dur jatuh, aturannya diubah,” ujar dia di Jakarta, Selasa (18/8/2020).
Hal ini yang membuat para anggota parlemen takut bersikap kritis terhadap pemerintah. Sebab, jika kritis, maka akan ditarik partai.
“Saya sering dapat SMS, telepon, kontak dari rakyat yang ngeluh BPJS naik, listrik naik. Kenapa demikian, karena jika mereka menyalurkan aspirasi ke parlemen, tidak akan di-‘follow up’. Kalau sudah begini, lenih baik bubarkan saja parlemen. Percuma bayar gaji besar ke mereka,” lanjut aktivis mahasiswa 77/78 ini.
Ia pun meminta, aturan soal ‘recall’ anggota parlemen diubah. Legislator baru bisa di-‘recall’ jika melakukan tindak pidana atau diminta rakyat dapilnya.
Selain itu, Rizal pun menyampaikan bahwa gerakan KAMI adalah gerakan moral. KAMI menyampaikan ini aspirasi masyarakat.
“KAMI mendapat respon yang besar, bahkan deklarasi ini diikuti oleh berbagai daerah bahkan luar negeri. Ini respon intelektual, meski buat rakyat, tuntutan ini susah dicerna, berbeda dengan tritura dan lain-lain. Intinya, KAMI menyampaikan, ada jalan yang lebih baik. Tolong dibetulkan (pemerintah),” Rizal menambahkan.
“Kalau saran ini gak didengerin, formatnya pasti akan mengalami perubahan. Gerakan ini moral untuk memperbaiki keadaan yang ada. Di kemudian hari, bisa berubah formatnya. Tinggal pemerintah mau mendengar dan memperbaiki atau tidak,” tandas Rizal.
Laporan: Muhammad Lutfi