KedaiPena.Com – Umat Islam kembali memberi kado indah kepada NKRI, yakni sebuah model demo pancasila. Demo ini mengusung sisi religiutas, diisi ibadah, damai, bermoral tinggi, saling menghargai antara pendemo dan aparat keamanan.Â
Aksi Bela Islam, dari Jilid I sampai III mengajarkan untuk saling bantu antara pendemo dan masyarakat, dengan tetap bisa menyampaikan misi serta konten demo.
“Dengan gamblang tuntutan aksi adalah penegakan hukum yang adil, seperti yang disampaikan dalam bentuk khutbah oleh Habib Rizieq Shihab, tanpa nunsa provokasi,” ucap Wakil Ketua Komisi VIII, Sodik Mudjahid dalam siaran pers yang diterima KedaiPena.Com, ditulis Minggu‎ (4/12).
Aksi ini, kata dia, diharapkan menjadi model demo-demo ke depan di wilayah hukum negara NKRI. Hal ini tercapai karena kedewasaan para pemimpin aksi serta perubahan pendekatan aparat keamanan dalam mengantisipasi demo.
“Semua umat beragama di Indonesia mempunyai potensi dan kemampuan untuk menggelar demo pancasila ini jika aparat keamanan melakukan pendekatan yang tepat,” terang dia.‎
Akan tetapi, politisi Partai Gerindra ini menegaskan, kado model demo yang indah akan berubah 180 derajat jika para pendemo merasakan adanya ketidakadilan dan diskriminasi dalam proses hukum tersangka penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.‎
“Aparat keamanan kita minta mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang perilaku bangsa ini baik suku per suku atau per agama agar bisa memahami lebih baik cara mereka mengeksperikan aspirasinya sehingga tidak melakukan kebijakan dan tindakan yang salah seperti yang terjadi pada aksi 4 November,” terang dia.
“Kita berharap ke depan penegakan hukum berjalan sangat adil kepada semua pihak, sehingga tidak perlu tekanan berupa demo. Sebab, walau demo super damai, tetap menyita energi bangsa,” pungkas dia.‎
Laporan: Muhammad Hafidh‎