KedaiPena.com – Beredarnya pernyataan kualitas udara Tangerang Selatan adalah yang terburuk se-Indonesia, ditanggapi oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang Selatan dengan meminta masyarakat menilai pernyataan tersebut secara cermat.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tangsel, Wahyunoto Lukman menyatakan masyarakat untuk terlebih dahulu memahami mekanisme pengukuran kualitas udara di suatu daerah, sebelum melakukan penilaian atas hasil suatu pengukuran udara.
“Penting untuk diketahui, seperti alat, metode, dan sampel udara yang diuji oleh pihak terkait, yang mempublikasikan keadaan kualitas udara di Tangerang Selatan. Apakah alat dan metode yang mereka gunakan sudah sesuai kaidah atau SOP yang terakreditasi oleh lembaga yang berkompeten,” kata Wahyunoto kepada Kedaipena.com, Jumat (11/8/2023).
Ia juga menyatakan bahwa untuk menyimpulkan kondisi udara Tangerang Selatan, sampel udara yang diuji harus mewakili keadaan seluruh Tangerang Selatan, minimal dari tujuh wilayah kecamatan yang ada.
“Tidak bisa terburu-buru, apalagi sembarangan menyebarkan informasi yang belum dapat dipertanggungjawabkan,” ucapnya.
Wahyunoto menjelaskan Pemkot Tangerang Selatan, melalui DLH, memiliki alat baik aktif maupun pasif, dan metode sampling yang sudah terakreditasi melalui lembaga aktif komite akreditasi nasional untuk melakukan pemantauan kualitas udara di wilayah Tangerang Selatan.
“Alat aktif DLH Tangsel, ada di Taman Kesehatan, secara terus menerus, realtime, mengukur dan menguji kualitas udara. Kemudian hasil dari alat aktif tersebut akan dibandingkan dengan alat uji kualitas pasif, yang mengambil sampel udara di beberapa wilayah lain, dalam wilayah Kita Tangerang Selatan. Hasilnya, benar-benar dapat dipertanggungjawabkan,” ucapnya lagi.
Ia mengungkapkan, ada hal yang perlu dicermati dan dievaluasi secara bersama, bahwa ada pihak yang memang bisa mendapatkan profit atau keuntungan melalui aplikasi yang mereka adakan dan pasarkan dengan konten menarik perhatian publik, tanpa perlu mempertanggungjawabkanya kembali kepada publik.
“Sesuai alat uji kualitas udara Kota Tangerang Selatan, keadaan udara Kota Tangerang Selatan layak dan sehat untuk kebutuhan mahluk hidup,” kata Wahyunoto tegas.
Jika, kemudian ada dinamika kualitas udara yg bisa dalam keadaan kurang baik, lanjut Wahyunoto, bisa disebabkan oleh kondisi iklim el nino atau cuaca panas serta kemarau yang sedang melanda Indonesia saat ini.
“Polutan udara yang muncul sebagai akibat dari emisi gas buang kendaraan, aktifitas pabrik industri, pembakaran sampah, bahkan gas efek rmh kaca dll yg biasa terurai oleh adanya hujan atau tereduksi oleh tanaman pelindung di lingkungan hijau atau RTH yang ada, menjadi lebih bertahan di udara sekitar kita, karena cuaca panas dan kemarau. Oleh karena itu, kami juga mengimbau warga semua, secara bersama-sama untuk mengurangi penggunaan kendaraan transportasi pribadi, tidak membakar sampah, serta mengurangi intensitas penggunaan ac, kulkas, dan pendingin lain yang menggunakan freon,” pungkasnya.
Laporan: Tim Kedai Pena