KedaiPena.com – Infiltrasi teknologi pada anak usia sekolah, merupakan suatu keniscayaan pada era saat ini. Sehingga, sudah menjadi tugas seorang guru, untuk mengedukasi para peserta didiknya agar bijak dalam memanfaatkan teknologi di keseharian hidup mereka.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Deden Deni mengemukakan salah satu tantangan terbesar yang perlu dihadapi oleh para guru adalah perkembangan teknologi.
“Sekarang kan dunia bisa hadir hanya dengan satu alat komunikasi handphone dan kita bisa kemana-mana dengan alat itu. Akses tersebut lah yang harus kita waspadai, karena memiliki aspek positif dan negatif,” kata Deden saat ditemui Kedai Pena, Jumat (25/11/2022).
Untuk menghindari dampak negatif, ia menyebutkan seorang guru harus mampu memberikan edukasi yang tepat pada siswa-siswinya dalam memanfaatkan teknologi.
“Jangan sampai anak terkena pengaruh negatif dari teknologi. Salah satunya, misalnya peristiwa tawuran yang diunggah ke media,” ucapnya.
Ia menyatakan, dengan disampaikannya informasi tentang tawuran di media, maka ada perubahan pandangan tentang tawuran tersebut.
“Orang tidak akan takut, malah jadi satu kebanggaan. Mengunggah di Sosial media itu kan eksistensi dari kemajuan teknologi. Besok atau lusa, ada berita tawuran lagi di tempat lain. Itu akan menjadi pemicu orang untuk melakukan hal yang sama,” ucapnya lagi.
Deden menegaskan jika perkembangan teknologi pun memiliki dampak yang baik.
“Banyak dampak baiknya. Contoh, orang bisa lebih mudah mencari informasi. Orang zaman sekarang belajar bahasa lebih mudah. Tinggal buka YouTube, sudah pada lancar Bahasa Inggris. Sehingga, sudah jadi tugas guru, dalam konteks kemajuan teknologi, untuk mampu mengarahkan anak dalam membatasi informasi yang negatif tadi. Karena informasi negatif, secara tidak langsung akan mengubah karakter anak tersebut,” ungkapnya.
Ia menyebutkan dalam membangun karakter generasi muda, ada tolak ukur yang sudah disusun oleh pemerintah. Yaitu, profil Pancasila seperti bertakwa, beriman kepada Ketuhanan yang Maha Esa, berakhlak Mulia.
“Itukan ciri-ciri dari Pancasila. Mandiri, kreatif, kritis, lalu berkebhinekaan global. Itukan variabel yang akan membentuk anak menjadi karakter yang kritis dan mandiri. Yang paling penting kan pendidikan akhlak,” ungkapnya lagi.
Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa pendidikan karakter dan pengawasan pada anak tidak dapat sepenuhnya dibebankan pada guru.
“Orang tua di rumah juga berkewajiban. Harus berperan, karena waktu di rumah kan lebih banyak daripada di sekolah. Jadi orang tua juga wajib mengawasi anaknya, jangan sampai lost control, diawasi jangan sampai salah pergaulan, seperti mencoba narkoba,” tuturnya.
Deden menyampaikan untuk membangun kesadaran hukum pada anak didik, Dindikbud Tangsel menjalin kerjasama dengan pihak kejaksaan, dalam program Jaksa Masuk Sekolah.
“Tujuannya untuk mengedukasi anak usia sekolah, supaya melek hukum. Dan ketika anak tersebut melanggar Hukum, melakukan hal-hal yang melanggar hukum, ada konsekuensinya. Yaitu, kalau melanggar hukum, habis lah masa depannya. Supaya anak-anak itu paham, hidup ini ada aturannya. Memberi edukasi supaya tahu apa itu hukum, bagaimana orang agar menjadi tàat hukum. Jika melanggar hukum, selesai sudah masa mudanya,” pungkasnya.
Laporan: Muhammad Rafik