KedaiPena.com – Jubir Milenial PKB, Mikhael Sinaga menyatakan Tahun Baru Imlek bagi warga etnis Tionghoa merupakan ajang silaturahmi lintas agama. Semua pemeluk agama keturunan Tionghoa dapat tetap bersilaturahmi antara satu dengan yang lain. Pada Tahun Baru Imlek, biasanya keluarga-keluarga Tionghoa berkumpul.
“Imlek bukan perayaan agama melainkan sebagai warisan tradisi dan budaya lintas agama. Sejarah Imlek dimulai Kaisar Wu dari Dinasti Han di China, setelah dinasti-dinasti sebelumnya gagal menciptakan sistem penanggalan yang bisa digunakan di seluruh China,” kata Mikhael dalam acara diskusi di DPP PKB, Jumat (20/1/2023).
Ia menyatakan saat merayakan Imlek, seluruh masyarakat Tionghoa akan berkumpul bersama dan melakukan banyak tradisi yang sarat makna. Tahun Baru Imlek merupakan tradisi dan perayaan hari besar yang dirayakan dengan penuh sukacita.
“Imlek kembali bebas dirayakan di masa pemerintahan Gus Dur dan dijadikan Hari Libur Nasional, setelah sebelumnya dilarang pada masa kepemimpinan Soeharto melalui Instruksi Presiden (Inpres) No.14/1967 tentang pembatasan Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat Cina pada 6 Desember 1967,” ucapnya.
Mikhael menjelaskan KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur mengeluarkan Keppres No.6/2000 tentang pencabutan Inpres No.14/1967 pada 17 Januari 2000. Sejak dicabutnya Inpres tersebut, masyarakat Tionghoa mendapatkan kebebasan lagi untuk menganut agama, kepercayaan, dan adat istiadatnya termasuk merayakan upacara-upacara agama seperti imlek, Cap Go Meh, dan sebagainya secara terbuka.
Pada 19 Januari 2001, Menteri Agama RI mengeluarkan Keputusan No.13/2001 tentang penetapan Hari Raya Imlek sebagai Hari Libur Nasional Fakultatif. Hari libur fakultatif adalah hari libur yang tidak ditentukan pemerintah pusat secara langsung, melainkan oleh pemerintah daerah setempat atau instansi masing-masing.
“Budaya Tionghoa yang selama orde baru sulit berkembang, mulai kembali semarak usai Gus Dur menjadikan Imlek sebagai hari libur nasional. Pertunjukan Barongsai, hingga wayang potehi kembali muncul ke publik. Gus Dur juga dikenal sebagai sosok yang toleran. Dan semangat toleransi itu lah yang PKB rawat hingga kini. Gus Dur melihat keberagaman bangsa Indonesia merupakan kekuatan besar. Keberagaman akan menjadi kekuatan besar bila semua diberi ruang dan kesempatan yang sama,” ucapnya lagi.
Tentunya di tahun kelinci air ini, Mikhael menegaskan bahwa PKB ingin agar semangat toleransi itu tetap menyala. Karena Indonesia merupakan negeri yang heterogen, yang berasal dari berbagai macam suku, agama dan budaya.
“Itu yang harus kita gelorakan. Keberagaman merupakan kunci Indonesia yang harmoni. Saling menghormati antar anak bangsa harus terus dipupuk. Terlebih di tahun politik, di mana politik identitas menjadi momok menakutkan bagi Indonesia. Masih kita ingat, bagaimana hebatnya politik identitas nyaris mengoyak persatuan antar anak bangsa,” kata Mikhael lebih lanjut.
Ia menyatakan perbedaan pilihan politik merupakan hal yang wajar. Seharusnya, seluruh masyarakat dapat kembali bercermin pada Gus Dur, yang dapat menerima perbedaan, dan justru menjadikan perbedaan menjadi satu harmoni yang indah untuk Indonesia.
“Jangan melupakan sejarah dan harus apresiasi generasi muda yang tidak mengalami. Generasi umur 25 ke bawah juga perlu tau, bagaimana perjalanan perayaan Imlek ini menjadi bagian perjalanan sejarah Indonesia, tentunya untuk semakin merekatkan rasa sebangsa setanah air,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa