KedaiPena.com – Narasi Indonesia akan mendapatkan bonus demografi pada 2030 hingga 2040, sepertinya akan berubah menjadi bencana demografi. Hal ini merujuk pada hasil PISA (Programme for International Student Assessment) yang dikeluarkan oleh OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) pada 5 Desember 2023 lalu.
Juru Bicara Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan–Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN), Indra Charismiadji menyampaikan bahwa hasil PISA 2022 menunjukkan bahwa kemampuan literasi, matematika, dan sains anak Indonesia masih menjadi salah satu yang terburuk di dunia.
Hasil PISA 2022 ini juga mempertegas kegagalan pemerintah dalam mencapai target yang dimuat dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah). Target RPJMN untuk skor membaca di 396 sedangkan skor PISA 2022 di 359 turun 12 poin dari tahun 2018. Untuk matematika pemerintah dalam RPJMN menargetkan skor 388 sedangkan skor PISA 2022 di 366 turun 13 poin dari tahun 2018. Dan untuk sains, target RPJMN di angka 402 sedangkan hasil skor PISA 2022 di angka 383 turun 12 poin dari tahun 2018.
Tokoh yang juga dikenal sebagai pemerhati pendidikan ini menilai bahwa banyak problematika fundamental dalam tata kelola pendidikan Indonesia yang tak kunjung dibenahi. Pemerintah sibuk melakukan hal yang sama dan berulang-ulang tetapi mengharapkan hasil yang berbeda seperti gonta ganti kurikulum, gonta ganti nama program tetapi isinya sama, dan lain sebagainya. Menurutnya anggaran pendidikan yang setahunnya lebih dari 600 triliun itu hasilnya berbanding terbalik dengan amanat konstitusi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Ini merupakan bentuk ketidakwarasan, anggaran triliunan tapi isinya gonta ganti nama saja dari Sekolah Inti berubah ke RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) berubah ke Sekolah Rujukan sekarang berubah lagi ke Sekolah Penggerak tapi isinya hanya mengambil sebagian kecil sekolah yang sudah baik mutunya kemudian ditambah anggaran dan pelatihan guru-gurunya. Belum tiap ganti menteri pasti ganti kurikulum. Ini tidak mengubah apa-apa. Tidak heran kalau hasil PISA kita semakin jeblok,” kata Indra, Rabu (6/12/2023).
Ia menegaskan jika pemerintah di masa yang akan datang hanya melanjutkan program-program pendidikan yang sudah berjalan, alih-alih mengharapkan Bonus Demografi, justru Bencana Demografi yang akan didapat. Hal ini disebabkan karena penduduk usia produktifnya besar tetapi produktivitasnya rendah yang disebabkan kemampuan dasar untuk membaca, matematika, dan sainsnya tidaklah mumpuni. Indonesia membutuhkan perubahan besar-besaran dalam bidang pendidikan.
“Albert Einsten pernah mengatakan bahwa ukuran kecerdasan adalah kemampuan membuat perubahan. Jadi sangat wajar kalau bangsa ini tidak kunjung menjadi cerdas kalau tidak mampu membuat perubahan. Mari seluruh rakyat Indonesia, kita dukung mereka yang punya kapabilitas dan arah untuk membuat perubahan. Pembangunan manusia harus dipandang sebagai investasi bukan biaya. Pendidikan itu mahal, tapi kebodohan jauh lebih mahal,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa