KedaiPena.Com – ‎Hidup adalah sesuatu yang harus diperjuangkan. Sesulit apa pun hidup yang kita jalani.
Seperti hidup yang dijalani oleh Ngadino pedagang asongan berumur 50 tahun. Teriknya matahari dan derasnya air hujan tidak menghalanginya berjualan rokok dan minuman ringan di pinggaran lampu merah Pangkalan Jati, Kalimalang.
Ia mengambil pilihan itu untuk menghidupi dirinya, istri dan ketiga orang anaknya. Setiap hari tanpa pernah libur, dia menggotong gendongan yang berisi rokok , tissu dan permen berserta minuman ringan.
Ia berjalan dari kontrakannya hingga tempat biasa dia mangkal untuk menjajakan daganganya. Ia memulai berdagang dari pukul 6 pagi sampai pukul 8 malam. Sepanjang hari Ia tanpa pernah lelah, berteriak menawarkan semua barang yang ia jual.
Tidak sedikit pun ia tunjukkan murung selama ia berjualan. Senyum bersahaja merupakan ciri khas dari Ngadino.
‎
Pria yang berasal dari Cilacap ini sudah berjualan asongan sekitar 10 tahun lamanya dan memilih berdagang asongan, karena tidak ada pilihan lain untuk bekerja sesampainya di Jakarta.
Ia memulai usaha dengan modal Rp300 ribu untuk membeli dagangannya. Seharinya Ngadino bisa menggumpulkan Rp50-70 ribu. Tentunya mesti ia sisihkan untuk tiga anaknya yang masih sekolah di kampung.
Bagi Ngadino, pendidikan ialah segalanya. Ia tidak ingin mengalami nasib anak-anaknya seperti dirinya yang hanya tamatan sekolah dasar, karena kesulitan biaya dari orang tua saat ia kecil.
Sekarang dia memfokuskan sekali untuk anaknya minimal lulus Sekolah Menengah Atas (SMA). Hasratnya ini sekaligus mentuntaskan cita-cita.
Ngadino berharap anak-anak bisa membantunya untuk mencari uang, membantu dirinya yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga. Â
Profesi Jamal sebagai pedagang asongan justru kontradiktif dengan kebijakan pemerintah mengenai Perda DKI Jakarta No. 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum.Â
Di dalam Pasal 40 Perda DKI 8/2007 diatur mengenai larangan untuk mengemis. Selain itu juga melarang orang memberi uang atau barang kepada pengemis.
Perda tersebut juga mengatur larangan menjadi pengemis, pengamen, pedagang asongan, dan pengelap mobil.
‎
Walaupun ia tidak tahu soal perda tersebut, tapi ia tahu betul kalau pekerjaan yang ia lakukan berbahaya dan melanggar peraturan.Â
Ancaman ditangkap Satpol PP telah menjadi bagian hidupnya dia selama berdagang asongan. “Iya mas ditangkap satpol PP mah udah sering , kadang malah suka kejar-kejaran kayak kucing sama tikus,” ujar Ngadino dengan logat khas Jawa kepada KedaiPena.Com, belum lama ini.
Ia juga mengatakan bahwa hidup di zaman sekarang serba susah. Berdagang asongan saja tidak cukup. Bahkan ia rela berkerja apa pun sekalipun hanya menjadi tukang bersih-bersih kamar mandi, yang terpenting halal dan cukup untuk menghidupi keluarganya dan membiayai anaknya sekolah.‎
Ditanyai soal harapannya terhadap pemerintahan sekarang, Ngadino sebenarnya tidak terlalu berharap lebih. Bagi dia, Satpol PP tidak merazia saja suduh cukup baginya.
Namun demikian, ia masih berharap Pemerintah bisa lebih peduli terhadap pedagang asongan seperti dia dan kawan-kawan pedagang asongan lainnya. Seharusnya pemerintah juga bisa memperhatikan pedagang-pedagang asongan dan memberikan modal kepada mereka.
“Ya agar mereka bisa hidup lebih layak selayaknya orang-orang,” tandasnya.‎
(Apit/Foto: Apit)‎