KedaiPena.Com – Pertamina perusahaan skala besar. Sayang, terjadi banyak inefisiensi. Jadi perlu dibenahi.
Demikian disampaikan Begawan Ekonomi Rizal Ramli di Jakarta ditulis Jumat (23/11/2019).
“Pertamina juga harus membangun ‘refinery’ yang Jokowi mau, tapi nyaris tidak terjadi dalam lima tahun terakhir,” kata RR, sapaannya.
‘Refinery‘ atau kilang minyak adalah pabrik atau fasilitas industri yang mengolah minyak mentah menjadi produk petroleum yang bisa langsung digunakan maupun produk-produk lain yang menjadi bahan baku bagi industri petrokimia
“BUMN seperti Pertamina itu menyangkut hajat hidup orang banyak. Perlu pimpinan yang solid, punya ‘track record’ bagus dan tidak menimbulkan kericuhan,” lanjutnya.
Diperlukan orang yang mengerti teknis, kuat karakternya dan mampu melakukan perubahan tanpa goncangan luar biasa.
Rizal kemudian mengambil contoh Ignasius Jonan yang mampu memberesi BUMN Kereta Api Indonesia (KAI).
“Jonan keras, tapi mampu mengubah. Ingat tidak, KAI jelek dulu. ‘Service‘ jelek, kualitasnya jelek. Tapi, dipimpin Jonan, KAI berubah jadi nyaman. Dia potong inefisiensi, terjadi kenaikan keuangan, dan segala macam,” lanjut dia.
Jonan, merupakan contoh eksekutif yang mengerti korporasi. Sementara nama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang digadang jadi petinggi Pertamina tidak punya hal ini.
“Benahi BUMD saja belum bisa,” tandasnya.
Ahok sebelumnya dikabarkan bakal menempati salah satu kursi strategis di perusahaan BUMN. Dugaan itu diperkuat setelah ia menyambangi kantor Kementerian BUMN untuk berjumpa dengan Menteri Erick Thohir pada pekan lalu.
Ahok disinyalir bakal menjadi calon kuat Komisaris Utama Pertamina. Dua sumber di internal Kementerian BUMN menyatakan bahwa Presien Joko Widodo sendirilah yang meminta Ahok menjabat sebagai bos BUMN.
“Permintaan itu dari Presiden, bukan Erick yang mengusulkan ke Istana,” tutur sumber.
Laporan: Muhammad Lutfi