KedaiPena.Com – Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Achmad Hafiz Tohir, menilai bahwa wacana mengubah acuan kurs mata uang dari dolar AS ke yuan Cina yang diamanatkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) hanya untuk menggertak Amerika Serikat (AS) dan Jepang. Ini dilakukan supaya realisasi investasi untuk 2017 dari negara-negara maju lebih meningkat ke Indonesia.
Demikian disampaikan Hafiz kepada wartawan di Jakarta, Kamis (8/12).
Menurut Hafiz hal itu dilakukan Presiden Jokowi, dengan harapan pihak AS akan melakukan lobi-lobi ke Indonesia. Dengan harapan, ujung dari lobi tersebut adalah komitmen AS untuk menambah investasinya.
Ia pun menilai, apabila Indonesia mau menggunakan yuan sebagai alat tukar utama, maka hal tersebut akan beresiko. Karena perekonomian Cina belum stabil, masih volatile. Dan hal ini akan memberikan resiko dan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi di Indonesia.
Penggunaan acuan kurs dengan dolar AS sendiri, diakui Politisi Partai Amanat Nasional ini (PAN), telah menjadi alat tukar utama di dunia. Menurutnya, dunia menggunakan dollar AS dikarenakan perekonomian AS yang relatif stabil.
“Dulu sempat ada wacana untuk menjadikan Euro menjadi alat tukar utama, tetapi sangat riskan. Karena selain mata uang baru, Euro juga relatif fragile, karena rentan terhadap perpecahan,” jelas dia.
Hafiz pun menambahkan, selain faktor komoditas, Pemerintah juga harus mempertimbangkan faktor penunjang lainnya, misalnya saja faktor finansial yang berlanjut.
“Mengingat perekonomian China sedang menghadapi laju pertumbuhan yang menurun, jadi kurang tepat jika Indonesia menggunakan yuan sebagai alat tukar utama,” tandasnya.
Laporan: Muhammad Hafidh