Artikel ini ditulis oleh Ahmad Khozinudin, Sastrawan Politik.
Jelang lengser, Jokowi dikabarkan akan ngantor di IKN selama 40 hari. Namun, ketika ditanya wartawan, dia membantah. Dia mengatakan, keliling daerah, tidak menetap di IKN.
Meski demikian, daerah sudah ada yang menolak. Salah satu daerah yang menolak Jokowi menginjakan kakinya, adalah Yogyakarta. Massa yang menamakan diri Aksi Gerakan Rakyat Indonesia Berdaulat, menuntut Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak menginjakkan kaki lagi ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Jika seluruh daerah menolak Jokowi menginjakan kakinya, maka hanya tinggal IKN yang sebentar lagi akan menjadi kota hantu, yang akan menampung Jokowi. Skenario menggagalkan Prabowo naik tahta Presiden, masih pula menjadi opsi politik yang dibahas pengamat, sebagai skenario pertahanan terakhir Jokowi.
Tidak jelasnya kedudukan ibukota, dimana Jakarta sudah diubah statusnya sebagai DKJ, sementara IKN belum resmi jadi ibukota menunggu Perpres, disinyalir adalah cara untuk menggantung Prabowo agar tak bisa dilantik. Mengingat, pelantikan Presiden harus dilaksanakan di ibukota.
Keluarga Jokowi, makin memberatkan posisi Jokowi. Dari Kaesang yang pamer kemewahan, diikuti heboh akun FUFUFAFA yang disinyalir adalah Gibran. Belum lagi, seputar orang di lingkaran Jokowi yang sudah mulai menjaga jarak, menjadi informan, dan siap-siap lompat sekoci penyelamatan diri. Dinding istana, telah berubah menjadi alat rekam kegiatan Presiden, yang dapat didengar oleh seluruh rakyat.
Tuntutan penjara pasca lengser, apalagi dilakukan sebulan jelang lengser, membuat posisi Jokowi makin terjepit. Jokowi, tak memiliki ruang gerak, ditengah tuah kekuasaannya yang makin tak digdaya jelang lengser.
Sementara rakyat, mahasiswa, makin gembira dan bahagia. Sorak Sorai dan gegap gempita, sambutan Jokowi lengser, makin membahana. Bahkan, tuntutan agar Jokowi lengser lebih cepat dari jadwal 20 Oktober 2024, makin deras dan kencang.
Jokowi ketakutan! Jokowi seperti telah melihat, akhir penderitaan dari kezaliman yang telah dia pamerkan.
Jokowi mulai sesak dadanya, karena jumawa telah dibatasi oleh ajal kekuasan. Dinasti politik yang dia bangun, masih terlalu ringkih untuk menopang kekuasan yang limbung, apalagi untuk melindungi dirinya dari tuntutan rakyat.
Rakyat makin berani, karena menyadari kekuasan Jokowi makin ringkih. Jokowi hanya menyisakan jumawa, kepada aktor politik yang tersandera kasus korupsi, tapi tidak kepada rakyat yang selama ini telah terzalimi.
Pesta rakyat, sebentar lagi tiba. Perayaan atas tumbangnya tirani rezim Jokowi, akan segera dirayakan dengan penuh suka cita dan kebahagiaan.
[***]