KedaiPena.Com – Sekjen Badan Pengurus Pusat Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (BPP PISPI) Kamhar Lakumani menilai, terwujudnya swasembada sektor pangan agar Indonesia terbebas dari kran impor bukan sesuatu hal yang mustahil.
Hal tersebut disampaikan oleh Kamhar sapaanya saat menanggapi kegeraman Presiden Jokowi soal komoditas pangan yang hingga saat ini masih impor hingga jutaan ton seperti kedelai, jagung, gula, dan bawang putih yang saat ini masih impor sampai jutaan ton.
“Kalau pertanyaannya apakah bisa berswasembada, jawabannya pasti bisa. Tapi ini butuh pendalaman lebih lanjut,” kata Kamhar, Senin, (18/1/2021).
Terwujudnya swasembada, lanjut Kamhar, harus dapat dihitung dengan berbagai aspek sudut pandang. Menurut Kamhar, sektor pangan tak bisa hanya diliat dari kacamata ekonomi.
“Mesti juga dipandang dari aspek politik, sosial, budaya dan sebagainya, mengingat pangan adalah sektor ibu, sektor dasar yang pemenuhannya tak bisa ditawar-tawar, apalagi digantikan. Sehebat dan sesukses apa pun kita atau suatu sektor, tanpa pangan atau makan, its nothing,” nilai Kamhar.
Kamhar mengingatkan, untuk komoditas gula, Indonesia pernah menjadi negara penghasil terbesar di dunia saat masa kolonial. Namun makin kesini, lanjut Kamhar, produktifitas semakin menurun, sementara kebutuhan akan gula semakin meningkat.
“Konsumsi gula untuk industri makanan dan minuman terus meningkat.Ironisnya tingginya sisi permintaan ini tak mampu diimbangi kesiapan dan penyesuaian di sisi penawaran, utamanya peremajaan dan peningkatan kapasitas dan daya dukung teknologi,” tutur Kamhar.
Kamhar juga menerangkan, di masa kolonial rendemen gula masih di atas 10% . Sementara, beberapa dasawarsa terakhir kurang dari 10%.
“Tentunya ini hanya satu hal. Untuk kembali mengulang sejarah, menikmati manisnya kejayaan sebagai negara penghasil gula terbesar di dunia, membutuhkan pendekatan dan penanganan yang komprehensif, terintegratif dan presisi, mengingat industri ini juga padat modal,” ungkap Kamhar.
Tidak hanya gula, Kamhar memandang, untuk kedelai sangat membutuhkan rekayasa teknologi dan genetik dalam pengembanganya.
Hal ini, tegas Kamhar, diperlukan mengingat kedelai adalah tanaman yang berasal dari daerah sub-tropis, tentunya jika dibudidayakan di daerah tropis menjadi berbeda.
“Lebih tepatnya berkurang produksinya. Ini kendala sekaligus tantangan alamiahnya,” tandas Kamhar.
Laporan: Muhammad Hafidh