Artikel ini ditulis oleh Syafril Sjofyan, Pengamat Kebijakan Publik, Aktivis Pergerakan 77-78
DENGAN bangga Eks Wakil Presiden Jusuf Kalla mengisahkan momen ketika dirinya dan Presiden Jokowi “mengerjai” Rizal Ramli terkait pencopotan dari kabinet.
Dalam akun Youtube Karni Ilyas Club, JK menceritakan bahwa Rizal Ramli saat itu mendesak alasan dirinya dicopot dari Menteri Koordinator Maritim.
Mulanya, Jusuf Kalla menceritakan Jokowi memanggil Rizal Ramli ke Istana Negara untuk menyampaikan Rizal dicopot dari kabinet.
“Jokowi menjelaskan kepada Rizal pencopotan ini karena ada kebutuhan. (Jokowi) Jelaskan demi kebaikan kabinet, (Rizal) akan diganti, dia menolak, apa salah saya?,” ujar JK.
Lantaran Rizal tidak terima dan terus ngotot kenapa dia dicopot dari kabinet, akhirnya muncul niatan JK ngerjain Rizal.
Jokowi dan JK berdalih mau bicara di ruang lain. Lalu dengan diam-diam meninggalkan Istana, membiarkan RR menunggu.
Apa yang dilakukan oleh Presiden Jokowi dan Wapres JK kepada sekelas Menteri Koordinator adalah tindakan yang ini “childish”.
Seharusnya keduanya memberikan penjelasan yang meyakinkan, sehingga selesai dengan baik. Bukan menghindar dan malah mengerjai.
Ini bukan saja “mengerjai”, tapi juga menyangkut etika sebagai manusia, kelakukan tersebut lebih tepat kategori dzalim.
Sekelas Menko Rizal Ramli yang pada awalnya “dibujuk” oleh Jokowi untuk menjadi Menko demi rakyat, ketika diberhentikan tanpa penjelasan yang memuaskan.
Sekelas karyawan perusahaan saja dibutuhkan penjelasan, dan jika tidak puas masih bisa banding ke penyelesaian biparti atau tripartit.
Selanjutnya versi JK yang disampaikan ke Karni Ilyas, dia teringat cara ngerjain Rizal itu. JK pun mengatakan merasa kasihan dengan Rizal Ramli.
“Saya kasihan sampai sekarang,” kata JK mengingat momen itu.
Sebenarnya ini kelakuan yang sangat memuakkan. Setingkat Istana menyelesaikan permasalahan ‘recruitment’ dan mengganti menteri tidak lebih dilakukan setingkat pembantu rumah tangga saja.
Bisa saja rasa kasihan JK merupakan hukuman kedzaliman yang pernah dia lakukan. Walahualam.
[***]