Artikel ini ditulis oleh Muslim Arbi, Direktur Gerakan Perubahan.
Jika akhirnya: PDIP-PPP-PAN deklarasikan Ganjar Pranowo-Erick Thohir sebagai Capres-Cawapres 2024, bocoran Hasnaeni si Wanita Emas itu hampir mendekat kebenaran.
Beberapa waktu lalu publik dihebohkan oleh pengakuan Hasnaeni soal perbincangannya dengan Ketua KPU Hasyim Asyari. Lalu dibocorkan sebagai keputusan KPU nanti?
Kalau mencermati strategi PDIP dengan mencalonkan Ganjar Pranowo sebagai capresnya. Lalu alotnya perebutan posisi Cawapres antara Sandiaga Uno dan Erick Thohir. Dan dukungan Erick Thohir oleh Dekan Fisip Universitas Hasanuddin (Unhas): Erick Thohir punya kans besar sebagai Cawapres Ganjar.
Melihat getolnya Jokowi sebagai Ketua Timses Ganjar dan menjadikan Istana sebagai Posko pemenangan Ganjar, nampaknya tidak sulit pasangan Ganjar-Erick sebagai Capres-Cawapres yang akan diresmikan.
Jika Jokowi sebagai presiden. Turun langsung mengepalai Timses Ganjar. Dan Megawati sebagai Ketua Umum PDIP telah merestui Ganjar. Kemenangan Ganjar tinggal menunggu Pilpres digelar.
Apalagi pilpres 2024. Adalah pertarungan terakhir bagi Jokowi untuk menentukan. Khusnul Khatimah atau Suul Khotimah.
Demikian juga Megawati. Akan lengser sebagai Ketua Umum PDIP dengan tenang dan aman, atau mantan presiden itu gelisah karena PDIP juga ikut jadi taruhan nasib nya di pileg dan pilpres 2024 nanti.
Bertemu nya dua kepentingan: antara Megawati sebagai Ketum PDIP dan Jokowi sebagai Petugas Partai, Ketua Timses Ganjar, Presiden akan kepala negara pasti all out.
Apalagi sudah ada bocoran Hasnaeni. Soal Ganjar-Erick. Dapatkah KPU bekerja sesuai amanat konsitusi dan amanat rakyat?
Sulit di bantah KPU dan Bawaslu dapat bekerja secara profesional jika Jokowi dan Megawati kompak memenangkan Ganjar.
Lalu, Pasangan Capres-Cawapres selain Ganjar-Erick bisa diperlakukan secara adil sesuai ketentuan pemilu?
Saat ini Megawati adalah manusia terkuat: Presiden adalah Petugas Partai, Ketua DPR, Puan Maharani, puterinya. Suatu kekuatan yang dikatakan powerfull. Semua terpulang ke Rakyat Indonesia.
Meski demikian, sejarah terkadang berbicara dengan alurnya sendiri.
Sebagaimana Pak Harto di saat kuatnya sebagai manusia di Asia menurut media, toh akhirnya tidak dapat menahan kekuatan rakyat.
[***]