Artikel ini ditulis oleh Arief Gunawan, Pemerhati Sejarah.
Kenapa Jenderal Hoegeng Iman Santoso yang merupakan role model polisi bersih tidak diangkat jadi Pahlawan Nasional, sehingga seakan terkesan hanya disanjung secara basa-basi, karena integritas dan keberaniannya dalam menegakkan keadilan?
Jawabnya karena selama 32 tahun kekuasaan Soeharto, Hoegeng disisihkan. Akibat menandatangani Petisi 50.
Namun ironisnya enam Presiden RI setelah Soeharto juga tak pernah menjadikannya Pahlawan Nasional.
Institusi kepolisian lebih diketahui hanya punya Pahlawan Revolusi, yaitu Karel Satsuit Tubun, yang gugur ketika menjaga rumah Waperdam Leimena.
Tubun bernasib naas terkena tembakan penculik para jenderal pada peristiwa dini hari 1 Oktober 1965.
Ia kemudian mendapat gelar Pahlawan Revolusi. Selanjutnya diabadikan sebagai nama jalan dan nama sebuah kapal perang.
Raden Said Soekanto mantan Kapolri pertama mendapat gelar Pahlawan Nasional 2020 yang lalu. Ini yang pertamakalinya untuk gelar Pahlawan Nasional.
Apa bedanya Pahlawan Revolusi dengan Pahlawan Nasional?
Pahlawan Revolusi memperjuangkan Pancasila. Sedangkan Pahlawan Nasional memperjuangkan kemerdekaan.
Sejarawan Dr Asvi Warman Adam mengibaratkan daftar Pahlawan Nasional bagaikan album perjuangan, dimana idealnya di dalamnya semua golongan, etnis, dan profesi, mendapatkan tempat secara terhormat.
Menurut Asvi, hal ini sangat penting untuk menghindari kesan bahwa seolah-olah Pahlawan Nasional hanya mereka yang berjuang di lapangan politik dan militer belaka, seperti banyak dikesankan selama ini.
Di dalam artikelnya, berjudul Politik Pahlawan, yang dimuat di buku Menguak Misteri Sejarah, Asvi juga mempertanyakan kenapa tidak ada polisi yang menjadi Pahlawan Nasional.
“Saya tidak pernah mendengar dari kalangan polisi upaya untuk mencalonkan Jenderal Hoegeng sebagai Pahlawan Nasional,” tulis Asvi.
Jenderal Hoegeng polisi jujur yang tak mempan sogokan para bandar. Ia ikut dalam memperjuangkan kemerdekaan dan memimpin kepolisian pada era dimana banyak sekali pejabat yang korup. Meski tentu keadaan sekarang lebih buruk dibandingkan dengan masa itu.
Salah satu kasus yang menonjol yang ditangani Hoegeng ialah Sum Kuning. Sumariyem atau Sum yang merupakan pedagang telur keliling diperkosa empat pemuda. Dua di antaranya anak pejabat. Yaitu putra anumerta perwira tinggi dan putra bangsawan Jogjakarta.
Hoegeng memilih untuk tidak pandang bulu. Namun akhirnya Soeharto turun tangan dan memerintahkan Kopkamtib menanganinya.
Kasus besar lain ialah aksi penyelundupan mobil-mobil mewah dengan Robby Tjahjadi sebagai bandarnya. Namun lagi-lagi kasus ini tak luput dari bayang-bayang tangan Cendana. Setelah bebas dari bui Robby Tjahjadi malah berbisnis tekstil dengan membuka Kanindotex yang bermitra dengan keluarga Soeharto.
Waktu jadi perwira muda Hoegeng pernah pula bikin heboh Kota Medan.
Suatu hari warga di sana menemukan perabotan rumah tangga teronggok tak bertuan di pinggir jalan.
Barang-barang yang cukup mewah itu ternyata dikeluarkan secara paksa dari dalam rumah oleh Hoegeng.
Ia jengkel, karena sejak pertama tiba di posnya yang baru itu terus dikuntit oleh para bandar penyelundup yang berusaha menyogoknya.
Akhirnya Hoegeng memilih menginap di hotel sebelum mendapat rumah dinas, dan menolak semua sogokan itu secara tegas.
Hoegeng terobsesi jadi penegak hukum karena sang ayah adalah role model. Yaitu seorang jaksa di Pekalongan.
Ia tertarik jadi polisi juga gara-gara teman ayahnya, Ating Natadikusumah, yang menjabat kepala polisi di kampung halamannya. Sahabat lain sang ayah ialah Soeprapto, yang kemudian menjadi Jaksa Agung di era Sukarno.
Di balik baju seragamnya Hoegeng bukanlah seorang monster, melainkan seorang humanis dan intelek yang mengenyam pendidikan Barat melalui sekolah Belanda.
Ia bermain musik di kelompok musik Hawaii dengan group Hawaiian Seniors yang hingga awal 1980-an masih muncul di TVRI. Meski kemudian distop Pangkopkamtib Sudomo, karena dituduh tak sesuai dengan kepribadian bangsa.
Masa pensiun Hoegeng diisi dengan berkebun dan melukis, hasilnya kadangkala dijual untuk keperluan pribadi dan keperluan sosial.
Mungkin ia sendiri tak perlu merasa risau namanya ternyata hanya diabadikan untuk sebuah rumah sakit di Mamuju dan dijadikan nama stadion sepakbola di Pekalongan.
Hoegeng adalah representasi paling popular di masyarakat tentang sosok polisi berintegritas. Sikap dan perilakunya sampai hari ini terus terekam di layar ingatan publik.
Hingga akhir hayat ia juga konsisten dengan ucapannya sendiri:
“It s nice to be important, but it s more important to be nice.”
Memang baik jadi orang penting, tetapi jauh lebih penting untuk menjadi orang baik.
[***]