KedaiPena.Com – Pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak akan digelar pada 2020 mendatang. Di Provinsi Banten ada empat kabupaten/kota yang mengikuti hajat demokrasi tingkat daerah itu yakni Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kota Cilegon, dan Kota Tangerang Selatan (Tangsel).
Sementara untuk calon Walikota Tangsel sudah banyak nama-nama yang akan mencalonkan diri. Deretan nama tersebut di antaranya adalah Wakil Walikota Tangsel saat ini Benyamin Davnie, Sekretaris Daerah Muhammad, dosen Universitas Pamulang Suhendar, politisi Gerindra Li Claudia Chandra.
Selain itu ada juga nama Putri Wakil Presiden Ma’ruf Amin Siti Nur Azizah, Aktivis anti korupsi Ade Irawan, Politisi PDIP Tangsel Heri Gagarin dan masih banyak lagi.
Menanggapi terkait calon kepala daerah untuk Kota Tangsel, pengamat politik Tangsel Dodi Prasetya Azhari SH, menyebut bahwa pemimpin Tangsel ke depan haruslah sosok yang tegas serta tidak mempunyai beban masa lalu. Calon bukanlah pemimpin yang lahir atas pengaruh dan manuver politik dinasti yang ada di Tangsel.
“Orang yang tidak punya beban masa lalu ini nantinya akan membuat kebijakan besar dan perubahan total karena lebih bebas bergerak dan berefek kepada kebijakan-kebijakan yang lahir akan lebih berani nantinya,” ujar Ketua Umum Suara Kreasi Anak Bangsa (SKAB) kepada KedaiPena.Com, Rabu (4/9/2019).
Dodi juga berharap, masyarakat menjadi pemilih cerdas dengan tidak memilih calon kepala daerah yang lahir hasil manuver politik dinasti yang ada saat ini.
“Masyarakat harus pertimbangkan dengan baik dan lebih jeli. Tolak calon pemimpin yang berpotensi besar hanya akan berperan sebagai pengganti bentuk dinasti yang sudah ada. Pilihlah pemimpin yang berani, berkompeten dan berintegritas, jangan cuma jadi corong kekuasaan sebelumya,” saran Dodi.
Ia menambahkan, gerakan anti dinasti dan upaya penghapusan dinasti politik harus diperjuangkan. Masyarakat Tangsel harus mampu mengalahkan pengaruh dan manuver politik dinasti yang ada di Kota Tangsel.
“Yang jadi pertanyaan adalah bagaimana menarik minat kelas menengah. Jangan biarkan kelas menengah Tangsel hanya menonton dan melihat Pilkada Tangsel ini hanya sebagai hiburan, seru-seruan saja,” sambungnya.
Menyadarkan kelas menengah Tangsel, lanjut alumni Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) ini, untuk berpartisipasi aktif dalam Pilkada bukan perkara mudah. Dan yang harus dimunculkan kesadaran kelompok menengah atas mulai tergerak, memantau dan mencari tahu rekam jejak para calon, daya tahan serta kualitas para calon walikota ataupun calon wakil walikota.
“Sehingga kemudian kelompok masyarakat menengah ke atas dapat bergerak ke TPS,” tandas Dodi.
Laporan: Sulistyawan