KedaiPena.Com – Divisi Jaringan & Simpul Belajar Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) Nasional, Ki Bagus, menilai banyaknya bencana ekologi di beberapa daerah lantaran curah hujan yang tinggi dan di tambah banyaknya aktivitas industri di wilayah hulu.
Hal tersebut disampaikan Ki Bagus saat menanggapi banyaknya bencana alam seperti banjir dan longsor, dan terus terjadi di beberapa daerah seperti Banten, Bengkulu dan yang saat ini Kalimantan Selatan.
“Dari banyak kejadian yang tren ini sama dan berulang ini di pastikan, bahwa kawasan hulu yang ada di wilayah yang terkena dampak bencana ekologi ini sudah habis oleh dengan banyak industri ekstraktif tidak hanya tambang, tapi ada perkebunan dan industri kehutanan, terlepas itu legal atau ilegal industri ini yang paling banyak berperan besar terhadap defortasi di kawasan hulu,” ucap Bagus begitu dirinya disapa, Senin (18/1/2021).
Menurutnya, hal tersebut dapat dilihat secara langsung di beberapa daerah. Seperti, Banten yang beberapa waktu lalu mengalami bencana banjir dan longsor.
“Dan ternyata pada kawasan hulu tersebut habis oleh aktifitas pertambangan. Saat kita cek yang dekat dengan kita di Banten tahun kemarin, kawasan hulunya habis oleh aktifitas pertambangan masyarakat di banten. Serta tempat ini berdekatan dengan konsensi-konsensi tambang yang besar salah satunya PT Antam,” tambahnya.
Ia juga menjelaskan, untuk di Bengkulu bahkan mengalami banjir parah dan mengakibatkan korban meninggal lebih dari 30 orang.
“Serta kawasan hulu tersebut telah di konsensi oleh tambang batu bara. Nah sekarang kita tinggal cek yang terjadi di kalsel ini apakah hal yang sama atau tidak, tetapi dari informasi yang kita dapat sampai saat ini kawasan hulu sudah banyak dikavling oleh industri pertambangan,” katanya.
Selain itu, dirinya mengatakan tidak hanya aktifitas tambang kecil melainkan kan banyak aktifitas tambang yang besar dan tetap eksis dalam sektor industri
“Dan tidak hanya tambang kecil tetapi tambang besar yang skala PK2B yang izin tambang lama ini masih eksis di Kalimantan Selatan dan itu yang kami yakinin menyebabkan salah satu penyumbang terbesar bencana ekologi yang saat ini terjadi di kalsel,” tandasnya.
Laporan: Muhammad Lutfi