KedaiPena.Com – Menyambut bulan kemerdekaan Republik Indonesia, Jaringan Anak Nasional (JARANAN) selama sepekan menurunkan para juru cerita anak selama sepekan. Mereka mendongeng di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) yang ada di wilayah Jakarta Utara.
Program kerjasama Sudin Pusip Jakarta Utara dengan JARANAN itu telah berlangsung sejak Januari lalu. Dan digelar setiap bulan di banyak RPTRA dengan melibatkan banyak juru cerita anak. Serta di saksikan banyak anak-anak di PAUD/TK yang ada di sekitar RPTRA.
Direktur Eksekutif JARANAN Nanang Djamaludin mengatajan bahwa pada bulan Agustus ini masing-masing juru cerita anak dari Tim Dongeng Literasi Jaringan Anak Nasional (Tidolit JARANAN) disebar membawakan dongeng bertema kemerdekaan di hadapan anak-anak di pelbagai RPTRA Jakut.
“Dari 13 hingga 18 Agustus 2019 tiap-tiap pendongeng Tidolit JARANAN mendongeng dengan cerita dan aksi panggungnya sendiri dengan mengangkat tema kemerdekaan,” kata konsultan keayahbundaan dan perlindungan anak itu kepada KedaiPena.Com.
Tema itu, lanjutnya, spesial dipersembahkan kepada anak-anak di RPTRA untuk mengenalkan dan memupuk rasa cinta mereka kepada tanah air dan bangsanya sendiri sejak usia dini. Sekaligus sebagai salah satu upaya menanamkan jiwa nasionalisme dan patriotisme lewat pendekaan dongeng.
Para juru cerita anak yang diturunkan adalah Kak Muklis di RPTRA Satria Biru,
Mas Yoga di di RPTRA Al Alam, dan Bang Kukuh di RPTRA Rawa Badak Utara, Kak Yono di RPTRA Kapuas, Kak
Mardi di RPTRA Green Rengas,
Teh Desi Azhari di RPTRA Amanah, Kak Adit di RPTRA Walang Baru, Kak Riyan Boyan di RPTRA Kamal Bahari.
Kemudian ada juga Bunda Leni di RPTRA Tipar Asri, Kang Udinwae
di RPTRA Rusun Kapuk Muara, Bunda Arsanah di RPTTRA H. Oyar, Bunda Sri Maryati di RPTRA Rasela, Kak Sipah di RPTRA Nias 3, Bunda Yani di RPTRA Biru Laut, dan Tante Eka Citra di RPTRA Gading Ayu.
Dongeng Garuda dan Keluarga Pahlawan
Di RPTRA Al Alam Jakut, Mas Yoga, pendongeng Tidolit JARANAN yang berlatar belakang teater, menampilkan cerita berjudul “Burung Garuda”. Alkisah di sebuah negeri subur yang dihuni masyarakat beragam suku. Namun suatu waktu daerah itu diterpa musibah paceklik, tanahnya menjadi tandus. Entah apa penyebabnya.
Beramai-ramai penduduknya berkumpul di tanah lapang, merenungi nasib yang menimpa negerinya. Tiba-tiba dari angkasa terdengar suara gaduh. “Kraak…kraak…kraak…”
Tak lama seekor burung besar jatuh di tanah lapang itu. Mereka kaget dan takut melihat burung raksasa itu. Seorang kakek mengenali burung itu. “Itu adalah Burung Garuda,” teriaknya.
Di kaki burung jatuh itu terlilit seutas tali. Penduduk pun tak takut lagi dan menolongnya. Saat sibuk menolong, muncul sosok raksasa jahanam yang hendak merebut burung itu untuk disantap lantaran semua makanan di negeri itu sudah habis di makannya.
Para penduduk tak sudi serahkan burung garuda. Lebih baik melawan si raksasa itu. Perang tak terhindari antara penduduk dan raksasa. Meski penduduk badannya kecil-kecil tapi mereka bersatu dan tak gentar melawan si raksasa. Raksasa pun mampu dikalahkan dan berjanji tidak tinggal di wilayah itu lagi.
Setelah raksasa minggat, tali yang mengikat kaki garuda raksasa itu pun dilepas sehingga ia bisa terbang tinggi kembali ke angkasa. Lalu secara ajaib, tanah negeri itu yang tadinya tandus dan tak ada tanaman, seketika kembali subir dan menghijau. Laut yang tadinya tak ada ikannya, tiba-tiba banyak ikannya, Penduduk pun bersuka cita dan bernyanyi. Di akhir cerita kak yoga pun memandu bernyanyi bersama lagu “Garuda Pancasila”.
Di RPTRA Biru laut Bunda Yani bercerita dengan judul “Keluarga Pahlawan NKRI”. Kisahnya tentang sesosok anak bernama Kartini yang ayahnya seorang tentara pembela tanah air di masa perjuangan kemerdekaan.
Saat itu masyarakat berjuang dan bersenjatakan bambu runcing. Sementara anak-anak, termasuk Kartini dan teman-temannya, mengumpulkan batu membidik penjajah dengan ketapel.
Saat ayahnya tertembak tentara penjajah, Kartini berjanji di depan jenazah ayahnya untuk melanjutkan semangat perjuangan ayahnya. Kartini pun pun mengajak seluruh anak Indonesia agar rajin belajar, membantu orangtua, hormati guru, rajin menolong,
rajin ibadah, dan selalu siap membela tanah air.
Laporan: Muhammad Lutfi