KedaiPena.Com – Bukan saatnya kita mengungkit-ungkit proses pembentukan atau perumusan pancasila. Sebab, jika hal itu dilakukan, maka akan kembali menjadi kontroversial.
Demikian disampaikan aktivis pergerakan Jumhur Hidayat kepada KedaiPena.Com, Senin (29/6/2020).
“Pancasila 1 Juni itu penamaan pancasila, itu yang isinya adalah sebenarnya pemikiran-pemikiran dari banyak pendirian bangsa, yang mirip-miriplah lima sila itu. Dinamakan oleh Bung Karno itu adalah pancasila,” kata Jumhur.
Yang disebutkannya lima sila itu berbeda dengan lima sila yang sekarang kita kenal, tetapi semangatnya kira-kira sama. Tetapi yang harus diakui adalah pancasila 18 Agustus yang telah dirumuskan.
“Karena setelah ada 1 Juni ada 22 Juni Piagam Jakarta yang itu lebih sah ditandatangani oleh Panitia Sembilan. Kemudian saat 18 Agustus ada pengurangan 7 kata itu yang kewajiban melaksanakan syariat Islam bagi pemeluknya, kira-kira begitulah,” lanjut tokoh buruh ini.
Dan kemudian, ada keinginan memeras pancasila menjadi tri sila dan eka sila. Jumhur menilai, langkah itu kurang tepat.
“Buat apa mengungkap prosesnya, itu pikiran Bung Karno kalau pancasila diperas menjadi gotong royong, mungkin pendekatannya persatuan. Tetapi orang-orang Islam menganggapnya ‘creme de la creme‘ (intinya) adalah ketuhanan yang maha esa,” lanjut eks Kepala BNP2TKI ini.
“Mungkin nanti juga ada dari golongan perikemanusiaan atau keadilan sosial. Kalau diperas jadi keadilan sosial, biarin saja begitu lepas, tidak usah disebut. Tapi yang kita sebut sekarang lima sila itu satu kesatuan, tidak usah lagi di ungkit-ungkit,” Jumhur menambahkan.
“Yang mau mengintikan ketuhanan yang maha esa silahkan, yang mengintikan gotong royong atau persatuan silahkan, tetapi jangan diseragamkan, rileks-rileks saja lah,” tandas dia.
Laporan: Muhammad Hafidh