KedaiPena.Com – Pemerhati lingkungan Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Djody berharap, agar jangan biaya amrol atau mobil pengangkut sampah tidak menjadi permainan oknum Dinas Lingkungan Hidup (DLH).
“Jangan sampai biaya amrol (mobil pengangkut sampah) menjadi permainan oknum DLH yang ditangani orang diluar DLH. Ini berkaitan dengan biaya angkut sampah dengan menggunakan amrol,” ujar Djody, Senin, (22/3/2021).
“Saya dengar ada pembagian wilayah untuk menguasai penggunaan amrol dan mereka setor ke oknum DLH, ini yang perlu ditelusuri,” terangnya.
Djody mengatakan, tonase sampah di Kota Tangsel yang mencapai 1000 ton per hari perlu diinvestigasi lebih dalam.
Pasalnya, kata dia, dengan kapasitas 1000 ton per hari sedianya dapat sesuai dengan aset amrol yang dimiliki DLH Tangsel.
“Untuk kapasitas sampah di Tangsel apabila satu hari mencapai 1000 ton menurut saya tidak sampai.Mengenai membuktikannya, bisa menanyakan ke bagian aset berapa mereka punya truk amrol dan cros cek ke sopir truk amrol berapa kali sehari masing masing sopir truk mengambil amrol dan membawa ke Cipeucang,” tandasnya.
Sebelumnya dikatakan Mursad (62), pengelola TPS3R Ciater Bersih bahwa, pihaknya yang setiap pengangkutan dimintai Rp.400ribu. Saat ini, 10 hingga 12 pengangkutan setiap bulannya, disebut Mursad.
“Satu rit itu saya setornya Rp400ribu. Sebulan bisa 10 sampai 12 rit. Satu rit itu rata-rata 4 sampai 5 ton. Jadi ya sekitar Rp.4juta sampai Rp.4,8juta. Itu nanti ada orang Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang ambil setiap bulannya,” ujar Mursad.
Berbeda dengan Mursad, Edi Junaidi mengaku TPS3R Pakulonan membayar tipping fee ke DLH Kota Tangsel sebesar Rp.1,7juta setiap bulannya.
“Kalo disini (TPS3R Pakulonan) sebulan Rp.1,7juta. Itu per satu kali angkutnya sekitar 3 ton. Kita diangkut setiap 2 sampai 3 hari sekali dari DLH. Kadang-kadang suka telat juga,” jelas Edi.
Laporan: Sulistyawan