KedaiPena.Com – Dinamika politik menjelang Pilkada DKI Jakarta masih akan sangat “likuid†atau cair. Ini akan terjadi hingga tanggal 21-23 September 2017, batas akhir pencalonan.
‎
Tapi, yang patut diawasi, jangan saking cairnya, sampai calon-calon “kacangan†yang akhirnya dimajukan oleh partai-partai politik di Koalisi Kekeluargaan tak sanggup menyaingi popularitas dan elektabilitas petahana Gubernur Ahok.Â
Demikian disampaikan ‎Gede Sandra, analis Lingkar Studi Perjuangan (LSP) ‎kepada KedaiPena.Com, Rabu (14/9).Â
“‎Pilihan calon-calon “kacangan†semacam ini jelas menimbulkan keresahan besar, karena seolah mempermainkan suara publik yang menginginkan perubahan. Seolah terjadi permainan buang “kartu kosong†di balik pilihan calon-calon kacangan ini oleh parpol-parpol di Koalisi Kekeluargaan,” jelas dia.
‎
Bila benar permainan tersebut telah terjadi, jangan-jangan partai-partai ini telah menerima “uang kalahâ€, mahar politik yang cair dari para pengembang apabila partai-partai di Koalisi Kekeluargaan memilih calon yang pasti akan kalah oleh Ahok.
“T‎idak salah bila akhirnya publik menjadi curiga seperti demikian. Karena, kenapa tidak PKS mencalonkan saja kader-kadernya yang lebih baik seperti contohnya Aher dari Jawa Barat atau Irwan Prayitno dari Sumatera Barat, tapi malah mencalonkan Mardani Ali Sera. Juga Prabowo seharusnya dapat lebih bijak dalam menentukan strategi, apakah Sandi tetap sebagai bacagub Gerindra atau dapat saja digeser sedikit menjadi bacawagub,” sambung dia lagi.
‎
Sebaik-baiknya, jangan mempermainkan suara publik yang menginginkan perubahan. Publik tidak ingin para politisi yang telah mereka pilih menggadaikan suara untuk memenangkan gubernur yang didukung pengembang karena rajin menggusur.
“Tingkat politik kita harus dipertinggi, politik harus di-‘upgrade’, jangan hanya menjadi politik elit yang terus dibajak oleh oligarki modal. Namun dapat menjadi politik gerakan rakyat (people movement) yang mencerdaskan publik,” tandas Gede.
(Prw)‎
‎