SEGALA keindahan alam ada di Gunung Semeru. Namun, ada sebuah keresahan atas pelaku kegiatan di alam liar, terutama di Semeru. Apalagi kalau bukan gunungan sampah.
Sampah di Gunung Semeru lebih banyak dibandingkan tempat tempat wisata di Jawa Timur, dikarenakan hampir 500 orang bahkan lebih yang mampir untuk mendaki gunung yang paling digemari saat ini.
Untuk pengelolaan sendiri, pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) berusaha semaksimal mungkin untuk menanggulagi sampah.
Hanya saja kepedulian para pendaki terhadap lingungan di sekitar masih minim. Kesadaran manusia akan pentingnya keberadaan gunung yang aman dan nyaman, apakah masih ada pendaki yang memperhatikan seperti itu?
Sampah yang dikumpulkan oleh TNBTS dari para pendaki tidak bisa menampung di tempat pembuangan sampah sementara.
Untuk mengelola sampah dari para pendaki tersebut dibutuhkan SDM yang mumpuni. Dan saat ini hanya beberapa relawan dan warga saja yang mau mengelola sampah. Hal ini tentu menjadi keprihatinan bersama.
Ada banyak hal yang membuat para pendaki kian sadar dengan penanganan sampah yang ia bawa saat mendaki di gunung.
Bahwa saat ia mendaki, sampah yang ia bawa, harusnya di bawa pulang sampai di rumah. Minimal dia sadar bahwa alam ini harus dijaga kelestariannya, kenyamanannya, biar anak cucu kita bisa menikmatinya.
Oleh Aceha Nuri, Peserta Focus Group Discussion dan Field Trip Kemenko Maritim di Semeru, penggiat Komunitas Jejak Petualang Community (Jpers)