KedaiPena.com – Potensi Indonesia sebagai pemilik hutan tropis, yang memiliki fungsi untuk menyerap karbon, dinyatakan sangat tinggi. Tapi tingginya potensi tersebut seiring dengan besarnya tanggung jawab semua komponen negara ini untuk menjaga hutan dan lingkungan.
Menteri LHK, Siti Nurbaya mengungkapkan Indonesia merupakan negara kedua paling layak sebagai tempat investasi nilai ekonomi karbon dari hutan pada skala dunia.
“Yang pertama adalah Brazil dengan nilai 426 juta ton per tahun, Indonesia dalam catatan, sekitar 231 juta ton per tahun. Ini hebat tapi sekaligus menjadi tantangan besar bagi kita semua untuk menjaga hutan dan lingkungan kita,” kata Siti dalam Rapat Kerja Teknis, Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan di Yogyakarta, Rabu (15/3/2023).
Tapi ia menambahkan, tercatat dalam periode 2020 dan 2021, sebenarnya Indonesia telah menurunkan sampai 890 hingga 940 juta ton CO2e.
“Laporan UNEP Pricing Forest Carbon 2023 mencatat harga rata-rata karbon dari hutan berkisar antara 30-50 Dollar per ton CO2, sehingga bisa terlihat nilai ekonomis dari upaya penjagaan hutan dan lingkungan,” ucapnya.
Masyarakat internasional, lanjutnya, sangat tertarik untuk berinvestasi pada ekonomi karbon Indonesia, karena memberi solusi mitigasi pada penurunan Gas Rumah Kaca yang lebih terukur dan lebih murah daripada alternatif mitigasi di sektor lain, misalnya energi.
“Karena prospeknya ini lah, maka dikembangkan kebijakan dan mekanisme perdagangan karbon berdasarkan Perpres 99 dan Permen 21, yang menjamin konstitusionalitas, bahwa angka karbon atau emisi merupakan ukuran kinerja universal dunia dalam pengelolaan perubahan iklim dan pengelolaan hutan, yang merefleksikan tingkat keberhasilan negara dalam mengelola perubahan iklim,” tandasnya.
Laporan: Ranny Supusepa