KedaiPena.Com-Penempatan calon Presiden atau capres dari Partai NasDem Anies Baswedan di urutan tiga oleh beberapa lembaga survei menimbulkan tanda tanya. Anehnya, hasil survei justru selalu menempatkan Ganjar Pranowo diurutan pertama, dan diikuti Prabowo Subianto pada urutan kedua.
Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul M. Jamiluddin Ritonga mengatakan, bahwa hasil survei tersebut memang berada di luar logika. Sebab, Anies selama menjadi Gubernur DKI Jakarta masih kerap berada diurutan pertama.
“Padahal, saat itu Anies belum melakukan kerja-kerja politik. Setelah Anies intens melakukan safari politik, justru elektabilitasnya melòrot dan konsisten diurutan tiga. Setiap Anies safari politik selalu dihadiri lautan manusia,” jelas dia, Selasa,(27/8/2023).
Karena itu, lanjut dia, logikanya elektabilitas Anies seharusnya naik namun yang terjadi justru sebaliknya. Karena itu, menjadi wajar bila banyak anak bangsa yang meragukan hasil survei.
“Keraguan itu tampaknya beralasan karena memang banyak hasil survei kerap tidak sama dengan hasil pilpres atau hasil pileg atau hasil pilkada. Perbedaan hasil itu akhirnya membuat banyak banyak anak bangsa menghiraukan hasil survei,” papar dia.
Ia melanjutkan bahwa survei seharusnya menjadi instrumen ilmiah dalam berdemokrasi. Namun belakangan ini survei sudah menjadi instrumen bagi capres atau partai politik untuk membentuk opini publik.
“Hasil survei digunakan untuk menggiring opini masyarakat untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitas capres atau partai politik. Disini lembaga survei sudah menjadi partisan, sehingga dalam melakukan survei sudah mengabaikan objektifitas,” tegas dia.
Dengan demikian, lanjut dia, hasil survei sudah tidak bisa lagi dijadikan tolok ukur untuk mengetahui popularitas dan elektabilitas dari para capres dan partai politik.
“Hasil survei tersebut justru digunakan untuk perang opini untuk mempengaruhi masyarakat,” pungkasnya.
Laporan: Tim Kedai Pena