KedaiPena.Com – Bagi warga DKI Jakarta dan sekitarnya yang doyan belanja murah dan makan enak, siap-siap saja sambut Jakarta Fashion & Food Festival (JFFF) 2017. Acara yang digelar 7 April-7 Mei 2017 di Summarecon Kelapa Gading, Jakarta Utara ini juga akan menyajikan deretan menu tradisional bertajuk ‘Kampoeng Tempo Doeloe 2017’.
Chairman JFFF, Soegianto Nagaria mengatakan, Jakarta Fashion & Food Festival setiap tahunnya telah menjadi program yang konsisten. Event ini untuk terus melestarikan serta mengembangkan nilai budaya dan kekuatan perekonomian Indonesia melalui industri mode dan kuliner yang berbasis budaya.
“JFFF 2017 nanti menampilkan ragam kekayaan budaya Indonesia khususnya di bidang fashion dan kuliner yang dikemas dalam rangkaian acara yang menarik. JFFF hadir melalui 2 rangkaian utama acara yaitu Fashion Festival dan Food Festival,” kata Soegianto.
Di tahun ke-14 penyelenggaraannya, akan ada presentasi koleksi terbaru busana siap pakai dari para desainer terkemuka, desainer independen, serta para perancang muda dari berbagai institusi pendidikan mode ternama melalui peragaan busana dan Fashion Village berkonsep trade show di JFFF.
“Selain itu, ajang penyaluran bakat serta penghargaan dalam bidang mode, JFFF hadirkan melalui Gading Model Search (GMS), GMS Kids Category, Next Young Promising Designers (NYPD), dan Fashion Icon Awards (FIA),” papar Soegianto.
JFFF juga mengangkat pesona kuliner Nusantara pada tataran lokal maupun global. Tak ketinggalan, JFFF juga kembali menggelar program Eat & Win dan Jakarta Wine & Cheese Run.
“Apresiasi terhadap ragam kuliner tradisional tanah air akan tersaji melalui Kampoeng Tempo Doeloe, berdampingan dengan Wine & Cheese Expo sebagai sarana mengenalkan budaya kuliner Nusantara melalui kegiatan pertukaran budaya antar bangsa,” jelas Soegianto.
Makanan yang dihadirkan antara lain Bakwan Goreng Juara, Sukun Goreng, Tahu Kalasam, Kuotie Ayam, Soto Betawi Roxy, Mie Goreng Jawa Semar, Sate Ayam Madura Bintang 5, Gudeg Pejompongan, Srabi Solo Original, Sop Duren King, Es Podeng, serta Jajanan Pasar by Pastella.
Namun sayang, tahun ini penyelenggaraan Gading Night Carnival terpaksa ditunda dikarenakan adanya pembangunan LRT yang membuat situasi lalu-lintas kurang kondusif.
“Gading Night Carnival tetap akan digelar nanti menyusul bila kondisi lalu lintas pasca pembangunan LRT selesai. Diharapkan selesai tahun ini juga,” pungkas Soegianto.
Acara ini merupakan hasil kerja sama antara Summarecon dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta serta didukung Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Menpar Arief Yahya menyebut shopping and culinary adalah sepasang dua mata uang, yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya.
Menurut Arief Yahya, dalam portofolio bisnis pariwisata, dua sector itu sangat besar pengaruhnya. Shopping and culinary itu 45% dari 60% culture. Atau kira-kira 30% dari portofolio bisnis pariwisata. “Dalam bisnis itu, yang harus diperhatikan ada 3S, yakni Size atau ukuran, Sustainability atau growth dan pertumbuhan, dan Spread atau laba. Nah, shopping and culinary itu angka persentasenya cukup besar,†ungkap dia.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar Esthy Reko Astuti mengatakan, kuliner dan belanja adalah dua daya pikat destinasi wisata yang alamiah yang dicari oleh semua wisatawan baik wisatawan nusantara (wisnus) maupun wisatawan mancanegara (wisman).
“Di Jakarta, nomor satu itu wisata belanja, dan nomor dua adalah kuliner. Kedua-duanya adalah kekuatan yang dimiliki Jakarta. Apalagi ini menjadi kalender kegiatan tahunan,†kata Esthy.
Wanita berhijab itu menyebut, konsep festival ini adalah sinergi pentahelix, ABCGM yakni Akademisi, Business Community, Government dan Media yang bersama-sama memopulerkan kuliner dan belanja. Menurutnya, wisatawan mancanegara berkunjung ke Indonesia karena alasan budaya, alam, dan wisata buatan (man made).”Wisman ke Indonesia itu 65 persen karena culture, 35 persen melihat nature, dan 5 persen karena manmade, seperti sport events maupun MICE,” pungkas Esthy.
Laporan: Anggita Ramadoni