KedaiPena.Com – Anggota Komisi V DPR RI, Nizar Zahro mengatakan, bahwa jadwal ‘dweling time’ di sejumlah pelabuhan di Indonesia tahun pada 2016 telah sangat merugikan pelaku usaha. Karena, proses bongkar muat yang terlalu lama.
“Bila dibandingkan dengan Negara lain di ASEAN, ‘dweling time’ di Indonesia lama. Di Singapura memiliki ‘dwelling time’ hanya 1,5 hari, Hong Kong 2 hari, Prancis 3 hari, Los Angeles, AS 4 hari, Australia 3 hari, Port Klang, Malaysia 4 hari, dan Leam Chabang, Thailand 5 hari,” jelas Nizar kepada KedaiPena.Com, Kamis (13/4).
Lamanya ‘dweling time’, kata Nizar, disebabkan karena beberapa hal, diantaranya persoalan fasilitas pelabuhan yang jauh ketinggalan.
Hal itu bisa dilihat dengan kasat mata pada alat ‘crane’ (alat pengangkut atau pemindah kontainer dari mobil ke kapal ataupun sebaliknya, misalnya yang dimiliki oleh pelabuhan Tanjung Priok yang amat minim.
“Bila dibandingkan dengan Cina misalnya yang sudah mempunyai ‘crane’ sebanyak 177, Indonesia baru mempunyai 18 crane. Itu jelas amat minim. Akibat minimnya alat crane, maka aktivitas bongkar muat harus antre dan berlangsung lama yang mempengaruhi ‘dwelling time’ bertambah,” beber dia.
Selain itu, lanjut dia, sistem keluar masuk barang di pelabuhan yang terdiri tiga proses, mulai dari pengurusan dokumen (‘pre-clearance’), pemeriksaan bea dan cukai (‘custom clearance’) dan terakhir proses pengeluaran barang (‘post-clearance’) sangat rumit dan berbelit-belit karena melibatkan 18 instansi terkait.
“Ini birokrasi yang sungguh luar biasa panjang dan melelahkan. Semua instansi-instansi itu masih berjalan sendiri-sendiri. Masing-masing mempunyai banyak aturan yang belum sinkron,” jelas dia.
“Sistem satu pintu yang digembar-gemborkan ternyata hanya slogan. Tidak ada sistem ‘online’ yang bisa tersambung di semua terminal dan institusi yang terlibat dalam proses custom clearance seperti bea cukai, BPOM, karantina dan operator pelabuhan. Ini sungguh membuat sakit kepala berdenyut-denyut,” sambung dia.
Terakhir, tegas politikus Gerindra ini, jumlah truk kontainer yang masuk dan keluar pelabuhan jumlahnya sangat banyak.
“Ini juga menjadi faktor proses ‘dweling time’ yang sangat lama. Padahal, mengurangi jumlah truk yang keluar masuk pelabuhan dengan cara meningkatkan kapasitas daya angkutan truk kontainer saat masuk dan keluar pelabuhan,” tandas dia.
Sekedar informasi, ‘dwelling time’ impor di beberapa pelabuhan Tanjung Priok tercatat 2,07 hari per 12 Oktober 2016; Pelabuhan Belawan tercatat 3,98 hari per 6 Oktober 2016; Pelabuhan Tanjung Perak tercatat 3,45 hari per 6 Oktober 2016; Pelabuhan Tanjung Emas tercatat 5,19 hari per 8 Oktober 2016; dan Pelabuhan Makassar tercatat 3,49 hari per 10 Oktober 2016.
Laporan: Muhammad Hafidh