KedaiPena.Com -Direktur Rumah Politik Indonesia Fernando EMaS mendesak, pemerintah untuk membubarkan Asosiasi Baja Indonesia (IISIA) lantaran hanya menjadi tempat kedok para importir baja produsen menyalurkan kepentingannya sendiri.
Hal itu disampaikan Fernando sapaanya menyoroti kabar banjir impor baja yang mencuat belakangan ini. Menurut para analis kabar itu datang dari (IISIA) yang hampir semua anggotanya juga pengimpor bahan baku baja.
“Tidak memikirkan bagaimana rakyat diberikan harga baja murah dari produksi dalam negeri,” ungkap Fernando, Minggu,(6/2/2022).
Fernandomempelajari, data-data impor baja yang berasal dari BPS dan disampaikan Alumni Teknik Universitas Indonesia (UI) yakni, Cindar Hari Prabowo. Ia menyebut, bahwa ada dua mekanisme daripada impor baja itu sendiri.
“Pertama jalur tanpa Persetujuan Impor dari Dirjen Daglu Perdagangan (tanpa Lartas atau tanpa pengendalian) yang dengan jenis baja bahan baku berupa Slab, billet dan Ore Iron, angkanya sangat tinggi, data BPS tahun 2019, sebanyak 4,7 juta ton dan tahun 2021 sebanyak 5;22 juta ton atau meningkat 11 persen,” tegas Fernando.
“Ini menjadi bukti industri hulu baja carbon nasional sangat rentan karena harus impor, anehnya Asosiasi IISIA tidak teriak teriak ada banjir impor di sektor hulu ini padahal data BPS jelas jelas ada peningkatan dan jumlahnya ton bukan kg,” tambah Fernando.
Sedangkan jalur kedua, lanjut Fernando,
impor baja yang dikendalikan pemerintah dengan Persetujuan Impor Kementerian Perdagangan menunjukan tren menurun dari 2019 sebanyak 7,89 juta ton dan tahun 2021 sebanyak 6,35 juta ton atau turun 19 persen.
“Seperti yang disampaikan oleh Cindar Hari Prabowo,” tegas dia.
Ia menegaskan, dari kedua jalur impor tersebut namanya statistik ketika dihitung total tidak parsial atau masing masing jalur.
“Ketika totalnya naik tapi penyebabnya dari jalur kedua atau yang dikendalikan pemerintah yang namanya Asosiasi IISIA dengan sigap dan cepat membuat berbagai FGD dan broadcast di berbagai media, banjir impor, banjir impor, yang terbaru menggunakan data dari 2020 ke 2021. Namun tahun 2020 semua orang tahu, itu tahun COVID-19 bukan jadi pembanding,” papar Fernando.
Berangkat dari data diatas, Fernando pin mengungkap, kabar jika para anggota IISIA ex officio turut diisi dan diduduki oleh Direksi Krakatau Steel.
“Langsung kami mencocokan data diatas ternyata memamg benar, Melati Sarmita yang juga Ketua Flat Product IISIA adalah Direktur Komersial KS, yang dengan semangat menyuarakan ada banjir Impor di RI seolah Pemerintah Jokowi tidak bisa mengendalikan, Asosiasi kok jadi oposisi Pemerintah, kan aneh jadinya,” jelas dia.
Ia menegaskan, mata rantai ini jelas dan semakin terbuka sebenarnya Asosiasi IISIA jadi tunggangan KS atas ketidakmampuan menghasilkan bahan baku baja karbon di Indonesia.
“Ya terlepas dari masalah internal alat produksi yang ada di KS, yang jelas Asosiasi ini menjadi oposisi pemerintah dan harus dibubarkan atau diambil alih Pemerintah,” papar Fernando.
Sedangkan dilihat dari aspek politik, tegas Fernando, suara- suara banjir impor ini sendiri telah menghilangkan fokus kepada hilirisasi baja carbon di Indonesia.
“Karena tidak mampu mengolah pasir besi yang ada di Indonesia, padahal harapan industri baja mendapatkan bahan baku dari dalam negeri besar tetapi ditempuh impor untuk menyelamatkan investasinya,” pungkas Fernando.