KedaiPena.Com – Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) menggelar munas di Applesun Batu, Malang, Jawa Timur 6-8 Februari 2018. Pada munas tersebut Cecilia Vita Landra resmi terpilih menjadi Ketua APGI untuk tiga tahun ke depan.
Vita, begitu ia disapa, memastikan bahwa dirinya akan membawa APGI untuk terus meningkatkan kualitas para anggota. Menurutnya, peningkatan wisatawan pendaki gunung saat ini menuntut pemandu gunung yang berkualitas, bukan hanya penunjuk jalur saja.
“Oleh karenanya kedepan APGI dituntut untuk mampu meningkatkan kualitas anggotanya,” ujar dia saat berbincang kepada KedaiPena.Com, Jumat (8/2/2019).
Tidak hanya itu, kata dia, di tangan dirinya APGI juga akan mengajak kerjasama para ‘stakeholder’, seperti balai taman nasional atau pengelola wilayah kaki gunung, dinas pariwisata, dinas tenaga kerja untuk bekerjasama dengan APGI.
“Utamanya dalam hal pembinaan dan pelatihan terapan bagi para pemandu gunung dilingkungan setempat,” jelas dia.
Dirinya juga akan membuat regulasi dasar tentang wajibnya sebuah grup pendakian untuk didampingi pemandu yang sudah memiliki sertifikasi BNSP.
“Karena APGI yang juga banyak anggotanya adalah para pemandu yang bersertifikasi yang berdomisili di kaki gunung sangat membutuhkan binaan dan pelatihan yang tepat guna untuk menjadi profesional sesuai level sertifikasi. Hal ini tidak mungkin bisa dicapai apabila mengandalkan balai taman nasional ataupun dinas pariwisata daerah saja,” tutur dia.
“Butuh turun tangan dari dinas lain atau para pengusaha lokal untuk ikut membantu dengan banyak cara, salah satunya bisa menjadi bapak bina atau bapak asuh dari paguyuban ‘guide’ setempat,” sambung dia.
Selain kualitas, APGI juga mendorong peningkatan kuantitas keanggotaan. Dalam tiga tahun ke depan, Vita akan berupaya APGI mencapai jumlah anggota dua kali lipat dari 800 menjadi 1500 orang.
Vita juga akan menginisiasi pihak terkait untuk memikirkan ‘legal standing’ bagi para pemandu gunung. Baik berupa perda, kepmen atau bahkan UU. Ini harus dilakukan agar profesi ini memiliki masa depan jelas.
Istri dari Almarhum kang Ogun ini mengatakan untuk berwisata gunung di Indonesia, para pendaki dan wisatawan lokal serta asing harus didampingi guide yang sudah ‘certified’. Tentu saja, klasifikasi gunung mana saja yang harus didaki dengan pemandu pun harus dibuat di kemudian waktu.
“Hal ini tidak saja membuat tamu pendaki nyaman dan aman dengan berbagai kemudahan fasilitas dan services, akan tetapi juga meningkatkan taraf hidup para pemandu lokal yang ada,” tutur Vita.
Yang pada akhirnya ‘guide’ lokal yang ada akan memiliki ‘honor’ yang sesuai standar sesuai dengan level sertifikasinya. Dengan berjalannya hal tersebut, lanjut Vita Landra, taraf hidup masyarakat pemandu gunung lebih jelas, yang kemudian akan berdampak dengan ekonomi keluarga yang lebih pasti.
“‘And the end’ masyarakat pemandu gunung lokal akan melihat bahwa menjadi pemandu gunung profesional yang bersertifikat, adalah salah satu pekerjaan yang bisa menyejahterakan ekonomi masyarakat,” imbuh dia.
Vita melanjutkan bahwa untuk mendorong terbentuknya ‘legal standing’ yang dibutuhkan, dirinya bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Pariwisata, Pemda dan pihak-pihak terkait lainnya.
Laporan: Muhammad Hafidh