DUNIA baru saja menangis karena kehilangan salah satu pemimpinnya. Fidel Castro Ruz, revolusioner dari Kuba, meninggalkan Dunia yang diperjuangkan selama hampir seluruh hidupnya pada 26 November 2016 pada usia 90 tahun.Â
Pergilah dia, beristirahat di kedamaian, menemani juniornya yang telah pergi terlebih dahulu, Hugo Chavez. Kalangan sayap kanan di Negara Barat merayakan meninggalnya Fidel dengan gempita.Â
Mereka selalu menganggap Fidel adalah salah satu diktator yang paling brutal di dunia. Namun di saat bersamaan mereka menutup mata dari lebih dari 600 kali upaya pembunuhan oleh intelejen Barat pada diri Fidel.Â
Sampai Fidel pernah berseloroh, bahwa bila terdapat cabang olahraga selamat dari pembunuhan, mungkin dia sudah mendapat banyak medali emas.Â
Fidel Castro hingga menjelang ajalnya pun tidak pernah berhenti berpikir untuk perdamaian dunia dan keselamatan umat manusia.Â
Kurang dari dua bulan sebelum meninggal, dirinya masih hasilkan sebuah pemikiran yang ditulis di granma.cu pada 8 Oktober 2016. Judul tulisannya adalah The Uncertain Destiny of the Human Species.Â
Masyarakat dunia sangat mengenal dokter-dokter dari Kuba. Yang gigih dan setia kepada kemanusiaan, siap dikirim ke berbagai sudut dunia yang sedang tertimpa bencana.Â
Sebagian negara di Afrika tentu juga sangat mengenal para tentara Kuba. Yang solider berperang bersama mereka melawan rezim apartheid yang disokong kekuatan Barat.Â
Para penggiat pendidikan di seluruh dunia pasti kenal hebatnya sistem pendidikan di Kuba. Yang disediakan secara cuma-cuma bagi rakyatnya.Â
Tidak ada juga yang meragukan kemajuan penelitian farmasi di Kuba. Pelayanan kesehatan pun diberikan secara cuma-cuma. Akibatnya adalah angka harapan hidup rakyat Kuba kini tidak kalah dari rakyat di Skandinavia.Â
Semua ini adalah peninggalan manis Fidel bagi rakyat Kuba. Di balik semua kritik dan kekurangan dalam perekonomian Kuba, setidaknya Fidel telah membuktikan kepada masyarakat dunia.
Bahwa dirinya tidak perlu sistem ekonomi kapitalisme Barat untuk dapat membawa rakyat Kuba pada tingkat kehidupan yang sangat bermartabat dan adil seperti sekarang.Â
Terima kasih atas perjuanganmu, Commandante!, Beristirahatlah yang tenang.
Oleh Gede Sandra, Peneliti Lingkar Studi Perjuangan‎