PADA tahun 2015 dan 2016, Sekretariat Negara yang dipimpin oleh Prof. Dr.Pratikno ini, punya proyek pemeliharaan kebersihaan taman, dan rumah jabatan pejabat negara, baik yang berada di Jalan Widya Chandra, Denpasar Raya, Kuningan, Jalan Anggrek Nelimurni, Slipi, dan Rumah Jabatan anggota MA, BPK, dan MK di daerah Kemayoran.
Selanjutnya, pagu paket untuk pemeliharaan rumah jabatan pejabat tinggi pada tahun 2016 sebesar Rp.12.5 milyar untuk 6 item yang dilelang, dan pada tahun 2015 hanya sebesar Rp.11.5 milyar juga 6 item yang dilelang. Jadi, ada kenaikan alokasi anggaran dari tahun 2015 ke 2016 sebesar Rp.1.005.473.000.
Kenaikan alokasi anggaran ini benar-benar pemborosan yang tidak bisa dimaafkan sama sekali ketika keuangan negara sedang dalam kondisi morat marit. Dan terjadinya pemborosan anggaran ini, CBA (Center For Budget Analysis) menilai bahwa Presiden Jokowi sekali lagi, penyebabnya.Â
Di mana Presiden Jokowi, hanya memperlihatkan bahwa dia memang punya watak tidak konsisten dalam pelaksana kebijakannya sendiri. Pada satu sisi, dia mengatakan agar kementerian atau lembaga agar melakukan penghematan, dan pada sisi lain, ternyata presiden Jokowi hanya omdo (omong doang) tentang penghematan, dan juga tidak bisa mencontohkan atau mempraktekkan dalam kelembagaan Presiden sendiri.
Kemudian, selain pemborosan anggaran, ditemukan juga keganjilan dan keanehan lain dalam lelang yang dilakukan oleh Setneg. Di mana dalam penentuan pemenang lelang, CBA menilai bahwa perusahaan yang menang lelang sejak dua tahun dari 2015-2016, Setneg hanya memilih tiga perusahaan lelang yang perusahaannya itu-itu saja atau loe lagi, loe lagi untuk setiap tahun dari ribuan perusahaan yang ada.Â
Dan ketiga perusahaan tersebut adalah, PT. Biosis Multi Jaya, PT. Tataruang Dinamika, dan PT. Hastamulti Yogatama.
Selanjutnya, pada tahun 2015, proyek pemeliharaan kebersihaan taman, dan rumah jabatan pejabat negara baik yang di Jalan Widya Chandra, Denpasar Raya, Kuningan, Jalan Anggrek Nelimurni, Slipi, dan Rumah Jabatan anggota MA, BPK, dan MK di daerah Kemayoran senilai Rp.11.5 milyar dengan  6 item yang dilelang.Â
Di mana proyek dari APBN ini pemenang lelang adalah PT.Biosis Multi Jaya dapat 2 item dgn nilai pagu paket sebesar Rp.3.9 milyar: Â PT.Tataruang Dinamika dapat 2 item dengan nilai sebesar Rp.3.7 milyar, dan PT. Hastamulti Yogatama dapat 2 item dengan nilai sebesar Rp.3.8 milyar.
Pada tahun 2016, proyek pemeliharaan kebersihan taman, dan rumah jabatan pejabat negara baik yang di Jalan Widya Chandra, Denpasar Raya, Kuningan, Jalan Anggrek Nelimurni, Slipi, dan Rumah Jabatan anggota MA, BPK, dan MK di daerah Kemayoran dengan nilai sebesar Rp.12.5 milyar untuk 6 item yang dilelang.Â
Di mana proyek dari apbn ini pemenang lelang adalah PT.Biosis Multi Jaya dapat 4 item dengan nilai pagu paket sebesar Rp.7.6 milyar: Â PT.Tataruang Dinamika dapat 1 item dengan nilai sebesar Rp.2.5 milyar, dan PT. Hastamulti Yogatama dapat 1 item dengan nilai sebesar Rp.2.3 milyar.
Dari gambaran di atas, wajar publik curiga, dan benar benar tidak masuk akal, masa yang menang lelang  hanya tiga perusahaan ini  melulu untuk setiap tahun. Jadi, ada kesan kongkalikong atau main mata dalam internal Istana Presiden.
Dengan demikian, tiga perusahaan ini jadi kenyang setiap tahun sebab selalu dimenangkan oleh Sekretariat Negara. Tiga perusahaan ini, seperti pelanggan yang menguntungkan bagi pihak pihak di Istana. Atau memang hanya tiga perusahaan ini, yang miliki dan menguasai proyek-proyek pemeliharaan dan kebersihan dalam internal Istana?.Â
Padahal, kalau jalan-jalan ke Widya Chandra atau Denpasar, kelihatan rumah jabatan pejabat tinggi negeri ini kelihatan kumuh lho Presiden Jokowi. Padahal alokasi anggaran setiap tahun di atas Rp.10 milyar.
‎
Oleh Uchok Sky Khadafi, Direktur CBA
‎