KedaiPena.com – Rasisme bukan bagian dari Islam. Ini lantaran Islam selalu mengedepankan semangat egalitarianisme. Semangat kesetaraan yang diusung Islam itulah yang membuat Islam dengan cepat berkembang di Indonesia.
Begitu kata Direktur Eksekutif Ma’arif Institute Fajar Riza Ul Haq dalam diskusi bertajuk “Jakarta, Miniatur Kebhinnekaan Nusantara” yang disenggarakan Komunitas Muslim Anti Rasisme (KOMAR) di Roti Bakar Edi, Jalan Haji Nawi, Radio Dalam, Jakarta Selatan‎, Rabu (15/6).
“Islam mengedepankan kesetaraan, itu yang membuat nusantara jatuh cinta. Jadi rasisme bukan bagian dari Islam,” ujarnya.
Fajar juga menolak jika isu rasisme melalui dikotomi muslim-nonmuslim yang digulirkan jelang Pilkada DKI merupakan bagian Islam. Ia menyebut isu rasis itu disebarkan oleh kaum minoritas yang mengancam.
“Minoritas yang mengancam itu kelompok sempalan dari mayoritas (Islam) yang melegalkan hasutan untuk mencapai tujuan kelompoknya. Minoritas ekstrim ini yang bisa jadi bahan bakar pemicu kerusuhan rasisme,” jabarnya.
Keberadaan Komunitas Muslim Anti Rasisme, lanjut Fajar, harus bisa meredam kelompok sempalan ini. Sehingga perpecahan berbau rasisme bisa diredam dini.
‎”Jadi mari bersama-sama kita gelorakan bahwa Islam tidak mentolerir rasisme, takfirisme, dan diskriminasi!” tandasnya.
‎
Komunitas Anti Rasisme merupakan sebuah komunitas pemuda dan pelajar yang peduli akan keberagaman di negeri ini. Pilar Bhinneka Tunggal Ika menjadi dasar bagi Komunitas Muslim Anti Rasisme dalam bergerak mensosialisasikan bahwa keberagaman merupakan sebuah berkah dari Tuhan untuk Indonesia. Secara masif Komunitas Muslim Anti Rasisme akan menjadi garda terdepan dalam meredam potensi perpecahan yang disebabkan oleh isu-isu kesukuan, ras, dan agama.
Ketua Komunitas Muslim Anti Rasisme Fadli Ferryansyah mengatakan bahwa agenda KOMAR dalam jangka pendek ini adalah meredam berkembangnya isu rasisme dalam gelaran Pilkada DKI 2017. Komunitas Muslim Anti Rasisme berpandangan bahwa Jakarta sebagai miniatur Indonesia harus bisa memberikan teladan yang baik untuk daerah lain.
‎”Dengan adanya diskusi semacam ini kami dari Komunitas Muslim Anti Rasisme, ‎semakin bertambah keyakinan dalam memberangus mentalitas kumuh yang mengeksploitasi isu rasisme demi kepentingan politik. Pasalnya ini tidak hanya menciderai peran profetik agama, tapi juga menggerus solidaritas kebangsaan dan menghambat proses demokrasi yang baik di negeri ini,” tandas Fadli di hadapan puluhan anggota Komunitas Muslim Anti Rasisme, yang sebagian besar masih berstatus sebagai mahasiswa. ‎
‎
(veb)