KedaiPena.Com – Perkembangan perdagangan online Indonesia memang sangat pesat. Tercatat, pada tahun 2016, orang yang berbelanja online baru 7,4 juta jiwa dengan nilai transaksi Rp48 triliun. Tapi pada 2017, angka itu melonjak pesat menjadi 11 juta jiwa dengan total transaksi Rp68 triliun. Proyeksi tahun 2018, diperkirakan akan mampu mencapai Rp95,48 triliun.
Tapi ada ironi dibalik pertumbuhan ini, yaitu fakta bahwa 90 persen pelaku pasar marketplace online memasarkan produk asing dan hanya sekitar 6-7 persen yang menjual produk lokal.
Menanggapi hal ini, Co-Founder Tonjoo dan Mentor Inkubator Indigo, Pranowo Sukantyoso Putro menyatakan bahwa apa yang terjadi saat ini adalah bentuk mekanisme pasar.
“Kita lihatnya dari segi seller, yaitu hanya memenuhi permintaan pasar. Kebetulan saat ini yang dibutuhkan adalah produk luar negeri. Ini semua hanya mekanisme pasar,†papar Putro, demikian akrab biasa dia dipanggil, ditulis Sabtu(3/3/2018).
Dan Putro menegaskan bahwa kalau dari segi teknologi dan intelektual, semua start up asli Indonesia.
“Ide, pengelola, sistem semua itu asli buatan Indonesia. Kalau masalah ‘founding’ (pemilik modal), memang kebanyakan masih dari luar negeri. Dan biasanya, pembiayaan akan masuk pada nilai 10-20 juta dollar AS. Karena pada titik ini, biasanya bisnis sudah berjalan,†kata Putro.
Sementara, Co-Founder & Country Head Priceza Indonesia, Bayu Irawan mengungkapkan memang dibutuhkan suatu cara untuk mengembangkan produk lokal pada bisnis start-up Indonesia.
“Di https://www.priceza.co.id kami berusaha untuk menemukan pola dalam menggalakan produk dalam negeri. Dan untuk itulah kami menyelenggarakan YEC 2018, untuk memotivasi anak-anak muda mewujudkan ide-ide bisnis digitalnya,†kata Bayu.
Disebutkan juga oleh Bayu, sebagai pelaku pasar online, harus bisa menciptakan suatu start up yang bisa merubah orientasi minat masyarakat Indonesia.
“Memang saat ini penggunaan internet Indonesia sifatnya masih kurang cerdas. Internet belum dipergunakan secara maksimal. Jadi perlu dorongan dari pelaku industri,†ucap Bayu.
Menurut data yang disampaikan Priceza, Indonesia masih jauh tertinggal dalam hal perdagangan online dibandingkan negara China, Amerika Serikat, Jepang dan India di tahun 2017. Secara berurut, masing-masing negara mencatat 23,8 persen, 9 persen, 7,4 persen, 3,6 persen. Indonesia mencatat 3 persen saja.
Laporan: Muhammad Hafidh