KedaiPena.Com- Ketua DPP Partai NasDem Irma Suryani Chaniago mengaku ragu Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan netral dalam perhelatan Pilpres 2024 mendatang. Pasalnya, kata Irma, dibelahan dunia manapun presiden yang sudah tidak maju lagi dalam kontestasi Pemilu pasti akan berpihak kepada salah satu pasangan calon penerusnya.
Demikian disampaikan Irma menanggapi pernyataan Presiden Jokowi soal tudingan terkait intervensi pemerintah dalam kontestasi pemilihan presiden pada 2024. Jokowi memastikan intervensi dalam pesta demokrasi tersebut mustahil untuk dilakukan.
“Saya sebetulnya ragu tentang presiden netral. Karena dibelahan dunia manapun presiden yang tidak maju lagi pasti berpihak,” kata Irma, Sabtu,(11/11/2023).
Keraguaan Irma bukan tanpa sebab. Pasalnya, saat ini putra sulung Presiden Jokowi yakni Gibran Rakabuming Raka maju menjadi pendamping bacapres Koalisi Indonesia Maju (KIM) Prabowo Subianto.
Atas alasan itu, Irma menanti, sejauh mana Presiden Jokowi dapat menegakkan etika untuk tidak berpihak. Irma menuturkan, hal itu yang harus dikedepankan Presiden Jokowi dalam kontestasi mendatang.
“Nah sejauh mana etika berpihaknya itu yang harus dikedepankan. Barack Obama aja setelah selesai mendukung Hillary (Clinton) secara resmi,” papar Irma.
Irma secara pribadi juga mengaku selalu berprasangka baik dengan Presiden Jokowi. Meskipun, lanjut Irma, semua tergantung pada fakta dan persepsi masing-masing pihak.
“Saya pribadi selalu berprasangka baik dan berharap baik. Tapi kan semua tergantung pada fakta dan persepsi masing-masing pihak,” tandas Anggota Komisi IX DPR RI ini.
Diketahui, Presiden Joko Widodo menjawab banyak tudingan terkait intervensi pemerintah dalam kontestasi pemilihan presiden pada 2024. Menurutnya intervensi dalam pesta demokrasi tersebut mustahil untuk dilakukan.
Presiden Joko Widodo mewanti-wanti agar tidak boleh ada intervensi dalam pemilihan presiden dan wakil presiden pada 2024. Ia pun mengaku heran dengan banyaknya tudingan bahwa pemerintah ingin mengintervensi proses demokrasi tersebut.
Menurutnya, dalam skala pemilu tahun depan yang sangat besar dan demokratis akan sangat sulit untuk melakukan intervensi karena banyak elemen masyarakat dan aparat yang mengawasi dengan sangat ketat.
Laporan: Muhammad Rafik