KedaiPena.Com – Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menetapkan tanggal 7
September sebagai ‘Hari Udara Bersih
Internasional untuk Langit Biru’ atau
‘International Day of Clean Air for Blue Skies’.
Peringatan pada tahun 2022 ini
merupakan peringatan ketiga dengan
tema ‘The Air We Share’ atau ‘Mari Bagikan Udara Bersih’.
Chandra Aji Saputro, Divisi Advokasi B2W Indonesia mengatakan, udara bersih merupakan anugrah dari yang Maha Kuasa. Sudah sepantasnya udara ini dijaga.
“Udara yang kita hirup ini gratis, harus dijaga. Peringatan hari ini adalah cara mengingatkan kita untuk menjaga,” kata Chandra saat Podcast Keliling Bumi Ditjen PPKL Kementerian Lingkungan Hidup Kehutanan di Jakarta, Rabu (7/9/2022).
Chandra yang mulai bersepeda sejak 2015 mengatakan, salah satu cara menjaga udara bersih adalah dengan bersepeda.
“Sepeda itu gak pakai bensin, gak perlu beli BBM. Gak ada karbonmonoksida yang dikeluarkan,” tegas dia.
Apalagi, dalam COP 26 di Glasgow tahun lalu, disepekati bahwa bersepeda secara signifikan mengurangi pemanasan global.
“Ini sesuai dengan misi kita di B2W, membudayakan sepeda, mengajak orang bersepeda. Agar lebih sehat, membuat udara bersih, ‘zero emission‘, mobilitas terjamin. Hobi jadi menarik apalagi saat pandemi.
Senada, Founder Gowes untuk Bumi, Rizal Jondi menegaskan pentingnya menjaga lingkungan dengan sepeda.
“Sangat penting. Apalagi, sekarang, saat pandemi mereda, polusinya mulai balik lagi. Teman-teman yang gowes ke kantor, sangat merasakan dampak polusi kendaraan bermotor,” papar Jondi, sapaan dia.
“Parameter udara buruk sebenarnya simpel, gak perlu alat ukur yang ribet-ribet. Kalau gowes di jam sibuk, kita menghirup banyak gas karbonmonooksida, biasanya pas malem, hidung kayak ada hitam-hitam,” lanjutnya.
Ia pun bertindak konkret untuk menciptakan Langit Biru. Caranya, dengan mengajak keluarga dan teman dekat berepeda.
“Anak saya, dari kelas 4 SD, ke sekolah naik sepeda. Awalnya sih khawatir karena kendaraan ramai mengkhawatirkan di jam padat. Saya lalu menemani bersepeda ke sekolah. Pulang juga jemput. Sehingga dia pede untuk bersepeda ke sekolah,” cerita Jondi.
“Meski, demikian, tetap saja ada yang mencibir, ‘Apa gak bahaya?. Anak saya langsung bilang, ‘Enak pak, nanti saya ajak teman-teman,” ujar Rizal sembari tertawa
Ia pun memaparkan, hal tersebut merupakan tantangan membudayakan bersepeda di kota besar. Berbeda dengan di daerah, tang relatif sepi dan mudah mengajak keluarga dan teman naek sepeda.
“Sepeda itu kurangi emisi. Bersepeda mengukir peradaban. Dengan bersepeda kita sehat, dan membuat udara bersih,” tandasnya.
Laporan: Ranny Supusepa