KedaiPena.Com – Semangat “Indonesia Incorporated” langsung diungkapkan Menpar Arief Yahya pada pembukaan Rapat Koordinasi (Rakor) Perguruan Tinggi Pariwisata se-Indonesia ke-III di Hotel Mercure Bandung, Senin (13/3) sore. Bangsa Indonesia diminta bersatu, mensinergikan kekuatan, memperkuat semua lini membangun pariwisata.
“Kalau ingin maju, kita harus tetapkan musuh bersama. Kalau mau menang kita harus kompak, solid, dan maju serentak,” kata Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI, Senin (13/3).
Tak hanya pemerintah yang berlari kencang. Para pelaku bisnis, komunitas dan media, juga harus bersinergi menggabungkan kekuatan. Misinya apalagi kalau bukan mendorong pariwisata Indonesia naik ke level yang lebih tinggi. “Kalau kita bersinergi, tidak ada yang bisa mengalahkan Pariwisata Indonesia,” katanya.
Lantas mengapa harus bersatu membangun pariwisata? Apa untungnya bagi Indonesia?
Alasan pertama, pariwisata sudah ditetapkan menjadi sektor prioritas pembangunan nasional selain infrastruktur, pangan, energi dan maritim. Bahkan, pariwisata juga telah diprediksi menjadi sentra dan tulang punggung perekonomian.
Tulang punggung perekonomian? Apa tak berlebihan? “Faktanya memang seperti itu. Untuk Indonesia, pariwisata adalah penyumbang PDB, devisa, dan lapangan kerja yang paling mudah dan murah,†ujar Menteri asal Banyuwangi itu.
Wakil Ketua Komisi X DPR RI Ferdiansyah, Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar, Deputi Kelembagaan Kementerian Pariwisata Ahman Sya, Ketua STP NHI Bandung Anang Suntono, serta ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), Didien Djunaedy ikut menyimak statement Menpar Arief Yahya. Semua terlihat sepakat dengan sang menteri.
Faktanya, pariwisata sudah menyumbangkan 10 % PDB nasional. Persentasenya tertinggi di ASEAN. Angka pertumbuhan PDB pariwisata nasional ikut tumbuh 4,8% dengan tren naik sampai 6,9%, jauh lebih tinggi daripada industri agrikultur, manufaktur, otomotif, dan pertambangan. “Ini makin meningkatkan optimisme,†katanya.
Alasan keduanya adalah devisa pariwisata yang terbilang fenomenal. Angkanya menembus USD 1 juta dan menghasilkan PDB USD 1,7 juta atau 170%. “Jadi kalau selama ini orang mengkategorikan industri itu menjadi migas dan non migas, maka kelak industri itu akan menjadi pariwisata dan non pariwisata,†ujar Arief Yahya.
Pariwisata juga berada di posisi empat besar penyumbang devisa nasional. Persentasenya mencapai 9,3% dibandingkan industri lainnya. Jika ditarik ke persentase pertumbuhan penerimaan devisa, pariwisata bahkan memperlihatkan pertumbuhan yang paling menggembirakan. Persentase pertumbuhannya paling tinggi, yakni menembus 13%.
Alasan lain yang tak kalah seksinya adalah pariwisata menjadi penyumbang 9,8 juta lapangan pekerjaan. Persentasenya menembus 8,4% secara nasional. Rangkingnya menempati urutan ke-4 dari seluruh sektor industri. Angka pertumbuhannya mencapai 30% dalam waktu 5 tahun.
“Penciptaan lapangan kerjanya termurah. Pariwisata bisa meng-create job opportunity hanya dengan USD 5.000/satu pekerjaaan. Coba banding dengan rata-rata industri lainnya yang sudah sebesar USD 100.000/satu pekerjaan,†tukasnya.
Selain itu, efek domino dari pariwisata juga terasa dahsyat dan sangat signifikan. Dari data World Bank, setiap belanja USD 1 akan mendorong dan menggerakkan sektor ekonomi lain minimal USD 3,2. Bahkan, pariwisata adalah salah satu penggerak dari sektor utama lainnya, seperti ekonomi, globalisasi, konektivitas, integrasi, dan pengembangan sosio-ekonomi.
“Negara ini hanya akan dapat memenangkan persaingan di tingkat regional dan global apabila unsur pentahelixnya bersatu padu fokus mendukung core business yang telah ditetapkan. Maju serentak tentu kita menang,†tegasnya.
Laporan: Anggita Ramadoni