KedaiPena.Com – Duet kerja antara Menko Perekonomian Darmin Nasution dan Menteri Keuangan Sri Mulyani, hanya menghasilkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02 persen.
Anggota Komisi Keuangan DPR RI, Heri Gunawan mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang ada, paling banyak berasal dari kontribusi konsumtif.
“Sebetulnya, pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh di atas 5% jika pemerintah mampu meningkatkan rasio investasi yang saat ini masih berada di kisaran 32% terhadap PDB di samping isu substantif masalah kepastian hukum,” beber Heri kepada KedaiPena.Com, belum lama ini.
Dikatakan Heri, selama ini pertumbuhan ekonomi masih didorong oleh konsumsi domestik yang kontribusinya mampu menembus 56% dari total PDB.
Dari situ, dapat dibaca bahwa salah satu kunci pertumbuhan ekonomi adalah investasi. Makin banyak investasi yang masuk, maka ekonomi produktif bisa berputar yang mampu menghasilkan lapangan pekerjaan.
“Tentunya investasi yang masuk itu harus tepat. Distribusinya juga harus benar. Dari data yang ada, pada tahun 2016, realisasi investasi asing secara sektoral masih dominasi oleh sektor perindustrian (78,97 persen), kemudian diikuti oleh sektor keuangan (5,50 persen),” jabar Heri.
“Sedangkan untuk sektor produktif seperti pertanian-perkebunan-kelautan, masih sangat rendah, yaitu di bawah 5%. Padahal, sektor pertanian-perkebunan-kelautan adalah sektor andalan dengan serapan tenaga kerja mayoritas,” tambah dia.
Heri mengingatkan, yang.tidak kalah penting adalah perhatian serius pemerintah pada soal ketimpangan wilayah investasi antara Jawa dan Luar Jawa.
Karena, data per September 2016, realisasi investasi masih terpusat di Jawa meskipun investasi di luar Pulau Jawa sedikit meningkat yaitu menjadi sebesar Rp203,2 triliun.
“Dalam rangka menopang investasi untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, maka pemerintah dalam hal ini Menteri Perekonomian dan Menteri Keuangan perlu memperhatikan rasio tabungan terhadap PDB yang berada di level 34%,” beber Heri
“Dan itu adalah salah satu cara untuk menopang kebutuhan investasi. Tapi, yang diperlukan sekarang adalah bukan sekadar angka-angka di kertas. Tapi eksekusi bagaimana. Bagaimana mungkin orang bisa nabung sedang untuk belanja saja sulit,” tandas politikus Partai Gerindra ini.
Laporan: Muhammad Hafidh