KedaiPena.Com – Lembaga Analis dan Konsultan Sosial Politik Indonesia, Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) merilis hasil penilaian terhadap Menteri atau Pejabat Negara di Kabinet Indonesia Maju. Hasil suvei itu, diukur dari kinerja optimal sisi integritas, kapabilitas, kepemimpinan, produktifitas, hingga popularitas.
Hasil survei ini merupakan review termin keempat atau sesi terakhir survei CISA di tahun 2021 setelah sebelumnya merilis survei termin ketiganya pada September 2021 yang lalu. Survei dimulai sejak tanggal 1-7 Desember 2021 dan menyasar 1.200 responden di 34 Provinsi secara proporsional melalui penarikan sampel menggunakan metode Simple Random Sampling.
Dalam survei itu, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono berhasil mendapatkan kepuasan publik tertinggi dengan 28,75 persen. Disusul, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly 17,25 persen.
“Syahrul Yasin Limpo (Mentan) 10,25 persen, Sandiaga Uno (Menparekraf) 10,16 persen, Retno Marsudi (Menlu) 9,91 persen,” ungkap Direktur Eksekutif CISA Herry Mendrofa, dalam keterangan tertulis, Jumat, (10/12/2021).
Kemudian selanjutnya, Menpan RB Tjahjo Kumolo 9,33 persen, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto 7,75 persen, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia 3,58 persen.
Ia melanjutkan, diposisi berikutnya ada Mendagri Tito Karnavian 1,7 persen serta Mendikbudristek Nadiem Makariem 0,91 persen, dan lainnya 0,41 persen.
“Sebaliknya publik juga menganggap bahwa masih ada Menteri atau Pejabat Negara yang belum bekerja optimal seperti Ida Fauziyah (Menaker) 27,08 persen, Moeldoko (KSP) 20,58 persen, Benny Rhamdani (Kepala BP2MI) 11,33 persen, Sakti Wahyu Trenggono (MenKKP) 10,25 persen, Arifin Tasrif (MenESDM) 9,25 persen,” tegas dia.
Kinerja buruk tersebut disusul, MenPDTT, Abdul Halim Iskandar 7,92 persen, Menteri KLHK Siti Nurbaya 4,75 persen, Menteri ATR/BPR Sofyan A.Djalil 3,75 persen, Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan 1,92 persen dan Menteri BUMN Erick Thorir 1,25 persen, dan lainnya 1,92 persen.
“Tentunya Menteri atau Pejabat Negara ini dari aspek penilaian dianggap belum optimal ditambah lagi kinerja mereka sering kontraproduktif dari sisi inovasi, sering kontroversial serta dianggap tidak memberikan dampak positif bagi keadaan saat pandemi,” pungkas Herry.
Laporan: Muhammad Hafidh