KedaiPena.Com – Pemerintah Indonesia akhirnya memblokir belasan situs Telegram, lantaran dianggap menjadi sarana komunikasi terorisme, selain persoalan lain.
Dalam waktu dekat, akses aplikasi pada telepon pintar juga akan ditutup, kalau pihak Telegram tak memberikan jawaban atas prosedur yang berlaku atas pertanyaan-pertanyaan yang dikirimkan pemerintah Indonesia.
Ternyata pada 2015 silam, CEO Telegram, Pavel Durov pernah menjawab pertanyaan audiens tentang aplikasinya menjadi salah satu sarana komunikasi yang digelari terorisme.
Jawabnya kala berbicara di sela TechCrunch Disrupt, September 2015, “Privasi pada akhirnya lebih penting ketimbang ketakutan kita akan hal buruk yang bisa terjadi, seperti terorisme.”
Durov pun telah mengetahui, bahwa militan ISIS aktif berkomunikasi melalui Telegram. Namun, dibiarkan karena dirinya menjunjung tinggi faktor keamanan privasi yang sudah lekat dan menjadi ciri khas semenjak diluncurkan empat tahun silam.
“Kami tak harus merasa bersalah. Kami melakukan hal yang benar, yakni melindungi privasi pengguna,” tegasnya.
Sebulan sejak Durov menyampaikan pernyataannya tersebut, jumlah follower channel Telegram yang dioperasikan ISIS naik dua kali lipat menjadi 9.000 pengguna.
Telegram, digunakan untuk berkomunikasi oleh pelaku serangan di Paris 2015, teror malam tahun baru 2017 di Turki, dan serangan di St. Petersburg April 2017.
Di Indonesia, sejumlah tersangka terorisme yang ditangkap Desember 2016, mengaku belajar membuat bom dengan mengikuti arahan via Telegram.