KedaiPena.Com – Direktur Pusat Studi Sosial dan Politik (Puspol) Indonesia, Ubedillah Badrun mengungkapkan, bahwa ada tiga faktor penentu kemenangan kedua pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Yang pertama, kata Ubed, ialah militansi mesin politik para pasangan calon Gubernur DKI Jakarta pada kampanye putaran kedua
“Dari faktor kualitas mesin politik ini nampaknya pasangan Anies-Sandi lebih unggul dibanding Ahok-Djarot,” kata Ubed kepada KedaiPena.Com, Rabu (19/3).
Selain itu, kata Ubed, Faktor kekuatan lain yang cukup signifikan mempengaruhi kemenangan adalah financial capital atau modal finansial.
“Berdasarkan faktor kekuatan ini, pasangan Ahok-Djarot lebih kuat dibanding pasangan Anies-Sandi. Ini jika Ahok-Djarot benar didukung penuh oleh konglomerasi yang memiliki modal tak terbatas untuk memenangkan pilkada,” ujarnya.
Alat ukur ketiga yang bisa untuk memprediksi kemenangan adalah menganalisis seberapa fatal tindakan paslon dan timnya di hari-hari terakhir menjelang pencoblosan.
Dan dalam hal ini, tegas Ubed, dirinya mencatat ada 1 tindakan fatal yang merugikan paslon dan dapat secara signifikan memperparah penurunan elekabilitas ada pada tim atau relawan Ahok-Djarot.
“Pada hari pertama hari tenang (16 April) panwas Jakarta Barat menangkap tangan tim atau relawan Ahok-Djarot yang bagi-bagi sembako dengan diselipi kertas berisi pesan-pesan politik yang mengarah kampanye,” terangnya.
Bahkan, lanjut dia, bagi-bagi sembako dilakukan dengan mengumpulkan Kartu Keluarga (KK). Ini terjadi di Jalan Bulak Simpul, RT 9/ RW 4 Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat, dengan barang bukti 6 mobil pengangkut sembako.
“Perilaku tim atau relawan Ahok-Djarot ini sangat negatif menurut pandangan publik sehingga mempengaruhi pandangan publik yang kemudian bisa membuat kesimpulan bahwa tim pasangan Ahok-Djarot berbuat curang di hari tenang. Pandangan negatif publik ini memberi pengaruh pada penurunan kepercayaan publik terhadap pasangan Ahok-Djarot,” tandasnya.
Laporan: Muhammad Hafidh