KedaiPena.Com – Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto bakal menurunkan harga daging hingga 70%. Ia bersama tim pakar, ekonom senior, Rizal Ramli merumuskan hal tersebut.
Namun, sementara kalangan menilai, rencana tersebut dinilai sulit terwujud. Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, sulit menurunkan harga daging apalagi sampai 70% dengan kondisi saat ini. Pasalnya masih banyak tantangan yang harus dibenahi untuk memangkas harga.
Sebaliknya, analis dari Pergerakan Kedaulatan Rakyat (PKR) Gede Sandra justru menilai bahwa program Prabowo Subianto untuk menurunkan harga daging sapi cukup realistis.
“Harga daging sapi impor kini dijual paling murah Rp 100 ribu/kg dan paling mahal Rp 150 ribu/kg di pasar-pasar di Ibukota. Padahal harga daging sapi di negara tetangga, seperti Malaysia hanya sekitar Rp 50 ribu dan di Singapura sekitar Rp 55 ribu,” kata Gede dalam keterangan yang diterima KedaiPena.Com, Rabu (10/4/2019).
Dengan kata lain, menurut Gede, harga daging sapi impor di Indonesia 100% sampai 200% lebih mahal dari di Singapura dan Malaysia. Jadi penurunan harga daging sapi hingga 70%, seperti disebutkan Rizal Ramli, jelas bukan hal yang mustahil untuk diwujudkan.
Lebih lanjut Gede menjelaskan, tingginya harga daging sapi di Indonesia adalah akibat berlakunya sistem kuota impor yang dikuasai oleh segelintir kartel importir daging sapi. Bila sistem kuota ini dihapuskan dan diganti dengan sistem tarif, siapapun swasta bisa impor daging sapi dengan tarif tertentu, maka harga daging sapi di pasar-pasar Indonesia akan turun secara signifikan.
Penurunan harga ini juga berlaku untuk seluruh komoditi pangan impor yang lain, seperti bawang putih, gula, kedelai, dll bila sistem kuota dihapuskan secara menyeluruh.
“Masalahnya kan tidak semua pemimpin politik berani menghapuskan sistem kartel impor ini, termasuk Joko Widodo yang katanya tidak ada lagi yang dirinya takutkan. Terbukti Joko Widodo, meskipun dahulu pada masa kampanye di tahun 2014 pernah berjanji untuk menghapuskan sistem kartel impor pangan, nyatanya kan sekarang dia akhirnya kalah dan berkompromi,” sindir Gede.
Menurutnya, dengan keuntungan selisih harga yang demikian besar, yang menuruh perhitungan nilainya mencapai puluhan triliun rupiah, jelas tidak ada pejabat di Indonesia dari atas sampai bawah yang tidak bisa dibeli oleh kartel ini. Mungkin Joko Widodo tidak terima secara langsung, tapi jelas para pejabat berwenang di sekelilingnya lah yang bermain.
“Berbeda dengan Joko Widodo, pada berbagai kesempatan informal, Prabowo Subianto berjanji tidak akan berkompromi dengan para kartel dan akan teguh hapuskan sistem kuota impor pangan dalam 100 hari pemerintahannya bila tepilih sebagai Presiden. Inilah sebenarnya rahasia Prabowo untuk wujudkan penurunan harga pangan untuk rakyat,” tutup Gede Sandra.
Laporan: Muhammaad Lutfi