KedaiPena.Com – Direktur Utama (Dirut) PT Pupuk Kujang Nugraha Budi Eka Irianto mengatakan, pihaknya terus mencoba alternatif bisnis lainnya. Jadi tidak bersandar pada bisnis yang ada sekarang saja.
“Bisa dalam bidang non pangan seperti petrochemical, lalu bidang hilirisasi pangan dikembangkan,” kata dia di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Hilirasi itu banyak sekali. Dan memiliki lebih pada nilai tambah. Semisal pertanian, jangan cuma berhenti di beras. Hilirisasinya harus masuk ke tepung beras, bakmi beras, kwetiau beras, rise brand oil, itu semua kan bahannya dari beras.
“Begitu juga dengan lada, di beberapa daerah kan banyak menghasilkan lada, kami bikin hilirisasinya sampai posisi lada siap dikonsumsi. Jadi jangan cuma jual bijian,” dia memaparkan.
Ia pun menjelaskan jenis pupuk subsidi yang selama ini diproduksi PT Pupuk Kujang. Di antaranya adalah pupuk organik Petroganik.
“Pupuk ini spesifikasinya C-organik minimal 15%, C/N, ratio 15 25, kadar air maksimal 8-20%, pH 4 9, berwarna cokelat kehitaman, bentuk granul,” dia mencontohkan.
Pupuk ini dikemas dalam kantong bercap Pupuk Indonesia dengan isi 40 kg. Manfaatnya memperbaiki struktur tanah sehingga tanah menjadi gembur, proses oksidasi lebih baik.
Kemudian Pupuk NPK Phonska, spesifikasinya Nitrogen (N) 15, Fosfat (P2O5) 15, Kalium (K2O) 15%, Zinc (Zn) 0,1%, kadar air maksimal 2%, bentuk butiran.
Dikemas dalam kantong bercap Phonska Indonesia dengan isi bersih 50 kg. Sifat Pupuk NPK Phonska higroskopis, mudah larut dalam air, mengandung unsur hara N, P, K dan Zn sekaligus.
“Lalu ada Urea N (Nitrogen) 46%, dengan spesifikasi kadar air maksimal 0,50%, kadar biuret maksimal 1%, kadar Nitrogen minimal 46%, bentuk butiran prill, warna pink. Untuk Urea Bersubsidi dikemas dalam kantong bercap Pupuk Indonesia dengan isi 50 kg,” ia melanjutkan.
“Sifat Pupuk Urea higroskopis, mudah larut dalam air. Manfaatnya unsur hara nitrogen yang dikandung pupuk urea membuat tanaman berkembang lebih baik,” sambungnya lagi.
Total, Pupuk Kujang memproduksi Urea per tahun 1.140.000 ton. Sedangkan NPK, 200 ribu ton. Budi Eka Irianto menilai, capaian itu sudah bagus.
“Tapi kalau sekarang, untuk Urea, produksi kami paling banter 960 ribu ton,” kata dia.
Laporan: Muhammad Hafidh