PILPRES 2019 selain tercatat sebagai pesta demokrasi yang paling serius diikuti oleh rakyat dengan penuh antusias.
Pilpres 2019 juga tercatat sebagai ajang penentuan dan pembuktian jati diri anak bangsa, terutama para tokoh nasional dan pakar. Pakar dan tokoh yang punya empati vs pakar dan tokoh yang punya ambisi.
Komentar Mahfud MD pada Pilpres 2019 termasuk tentang quickcount dan manipulasi data suara di KPU, sewaktu meninjau IT KPU adalah komen seorang ‘buzzer’ yang jauh dari jiwa dan pemikiran seorang akademisi, apalagi seorang pakar hukum tata negara yang sudah punya jam terbang di birokrasi lembaga tinggi negara.
Tokoh dan pakar yang punya empati adalah manusia manusia yang punya keinginan paling besar, karena memiliki jarak pandang yang jauh.
Cita-citanya adalah kedaulatan bangsa, kemakmuran rakyat yang dibina di atas dasar dasar keadilan serta diperjuangkan dengan segala tenaga dan pikiran dengan memperhatikan segala aspek.
Mereka adalah anak bangsa yang menjadikan tanah air dan rakyat sebagai lahan perjuangan dan kebaktian.
Mereka adalah manusia yang terintegrasi padanya antara ilmu dan kepakaran serta ucapan dan perbuatan serta sikap.
Pilpres 2019 ini telah menepis dan melahirkan ke publik NKRI tokoh tokoh dan pakar yang meliki empati. Di antaranya adalah DR Rizal Ramli.
Beliau sangat konsen dengan bidang kepakarannya untuk kemakmuran ekonomi bangsa dan rakyat, punya keberanian berkata, siapapun dia jika tidak berpihak kepada rakyat kena kepret, oleh sebab itu beliau dikenal oleh rakyat sebagai ujung tombak pejuang ekonomi anti neolib.
Diantara solusi RR yang besar adalah menjadikan NKRI sebagai mangkok makanan di Asia Tenggara.
Mereka ini adalah manusia yang terintegrasi antara ilmu dan kepakarannya dengan ucapan dan perbuatan serta sikap.
Wawasan kemajuan bangsa yang terstruktur dari aspek yang besar dan mendasar hingga masalah-masalah yang terkait dengan sistim LOC (leadership operational capacity).
Pada aspek Ibadah dan kajian Islam adalah susunan prioritas dari aspek wajib, sunnah dan mubah untuk terhasilnya suatu ibadah yang sukses dengan kualitas tinggi.
Serta memiliki kejelian dalam menangkap aspek aspek utama dan mendasar dalam menyelesaikan masalah bangsa dan gejolak yang timbul.
Pada aspek ibadah dalam kajian Islam adalah sikap menolak kerusakan secara terstruktur dari haram kemudian makruh. Dan bukan sebaliknya.
Salah satu contoh nyata kejelian DR Rizal Ramli dalam kemelut pilpres yang ternodai oleh timbunan kecurangan yang direspon oleh rezim dengan 1001 alasan, maka Rizal Ramli berulang kali menekan satu poin dalam menyelesaikan kemelut kecurangan pada pilpres ini.
Yaitu, uji forensik IT KPU. Inilah bukti kejelian Rizal Ramli dalam menyelesikan masalah bangsa secara to the point, ringkas, cepat, melibatkan para pakar, susah untuk dipolitisir, dan kunci utama dan pertama pembuktian berlaku curang atau tidak pada pelaksanaan pilpres.
Orientasi Kekuasaan Semata
Sementara para pakar dan tokoh yang punya ambisi kekuasaan adalah manusia yang jarak pandangnya terjajah oleh target pribadi dan kelompok, mereka adalah anak bangsa yang menjadikan tanah air dan rakyat sebagai lahan dan objek bisnis.
Rakyat bagi mereka adalah tangga untuk meraih kekuasaan dan kepuasan. Mereka adalah anak bangsa yang terdisintegrasi antara ilmu dan kepakarannya dengan ucapan dan perbuatan serta sikap. Mahfud MD adalah salah satu yang menonjol.
Betapa tidak, sebagai seorang tokoh dan pakar dalam undang-undang ketatanegaraan, mantan hakim MK, pejabat aktif pada BPIP dengan gaji yang menggiurkan, sikon bangsa dan rakyat saat ini adalah sangat memerlukan bakti dari anak bangsa yang mumpuni dalam bidang undang undang tataneraga dan birokrasi.
Tapi MMD malah membelakangi keilmuan dan kepakarannya dengan masuki rana politik praktis secara emosional dan egois.
Dua tokoh yang lahir pada era Gusdur menjadi Presiden, namun berbeda secara diametral.
Oleh Dr. KH. Iqbal Kliwo, WNI Alumni Al Azhar, Tinggal di Kuala Lumpur