KedaiPena.Com – Sebagai sebuah kelompok yang mewadahi pemandu wisata di Indonesia, Asosiasi Pemandu Wisata Gunung Indonesia (APGI) memiliki kode etik dan kode perilaku bagi yang setiap anggotanya. Melalui lima aturan kode etik serta 15 kode perilaku, APGI menerapkan standar bagi para anggotanya.
Ketua APGI Ronie Ibrahim mengatakan bahwa peraturan kode etik serta kode perilaku yang ditetapkan APGI juga bertujuan untuk menjadikan setiap anggotanya berkualitas dan profesional.
“Sebab, pemandu wisata Gunung, sebagaimana pekerjaan pramuwisata, merupakan duta bangsa bagi wisatawan asing dan duta pariwisata bagi semua wisatawan yang menggunakan jasanya,” ujar dia saat berbincang dengan KedaiPena.Com, Sabtu (16/9).
Selain itu, kata Ronie, memandu wisata di gunung merupakan pekerjaan yang memiliki resiko tinggi sehingga membutuhkan kondisi fisik yang prima serta kemampuan multi disiplin ilmu.
Hal tersebut yang membuat setiap pemandu harus mengikuti kode etik dan perilaku yang sudah diterapkan APGI. Diharapkan, keselamatan dan kenyamaan kepada tamu dapat diberikan secara optimal.
“Pemerintah juga sudah menetapkan bahwa pemandu gunung wajib memiliki sertifikat kompetensi kerja nasional Indonesia sesuai Kepmenaker no.138/MEN/V/2011 tentang penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Sektor Pariwisata Bidang Pemandu Gunung yang sudah dikukuhkan dengan Kepmenpar no.11 tahun 2015 mengenai pemberlakukan SKKNI tersebut di Kementerian Pariwisata,” imbuh Ronie.
Ditetapkanya Kode Etik dan Kode Perilaku bagi setiap anggota APGI, ungkap dia, karena APGI merupakan satu-satunya perkumpulan para pemandu gunung    di Indonesia yang berbadan hukum dengan Akta Notaris no.2 tertanggal 27 April 2016. APGI juga memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga tersendiri.
“Pemanduan gunung secara profesional sudah berlangsung lama di belahan dunia lain, terutama Eropa, Amerika Serikat, Asia dan   New Zealand. Di sana sudah memiliki standar keselamatan dan pelayanan internasional, serta ada yang namanya asosiasi dunia yakni International Federation Mountain Guide Association (IFMGA),” beber dia.
Tidak hanya itu, beber dia, Indonesia yang juga memiliki lebih dari 100 gunung dan beberapa di antaranya dengan ketinggian di atas 4.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sejak 10-15  tahun terakhir, semakin ramai dikunjungi wisatawan nusantara dan asing.
“Hal itulah yang membuat dibutuhkanya pemandu-pemandu yang memiliki kompetensi kerja profesional. Serta juga didukung dengan etika dan perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan,” tandas dia.
Laporan: Muhammad Hafidh