KedaiPena.Com – Pemerintah, melalui Kementerian Keuangan dan Kementerian BUMN berupaya menyelamatkan Jiwasraya. BUMN asuransi jiwa itu terlilit utang hingga Rp 13,7 triliun akibat investasi premi yang tak tak sehat, berujung gagal bayar polis ke nasabah.
Namun, begawan ekonomi Rizal Ramli meragukan kapasitas Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk menyelesaikan kasus ini.
”Wong Sri Mulyani bisanya rugikan negara kok, bukan menyelamatkan keuangan negara. Ingat, kasus Bank Century Rp6,7 triliun,” kata Rizal di Jakarta, ditulis Minggu (22/12/2019).
“Belum lagi kerugian negara ratusan triliunan akibat utang berbunga tinggi ala Sri Mulyani,” sambung Rizal.
Lalu soal penjualan aset BDNI yang nilainya Rp45 triliun, kemudian dilelang Sri Mulyani hanya Rp 200 miliar. Lelang ini terkait dengan SKL BLBI.
Untuk diketahui, Aset BDNI yang diserahkan ke BPPN pada 2004 berupa tambak udang PT Dipasena Citra Darmaja.
Kemudian Menteri Keuangan Sri Mulyani lewat PT Perusahaan Pengelolaan Aset (PPA) menjual aset tersebut pada 2007.
Hal itu terungkap dari Mantan Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) Syafruddin Arsyad Temenggung yang kini jadi tersangka KPK.
“Sri Mulyani sok-sokan selamatkan Jiwasraya, tapi bisanya hanya rugikan negara,” tegasnya.
Rizal kemudian menegaskan, persoalan yang membelit Jiwasraya tidak lepas dari kerja Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang payah. Jika OJK bekerja dengan baik, maka Jiwasraya tidak akan merugi dan gagal bayar polis hingga triliunan rupiah.
Ekonom senior tersebut dengan tegas menyebut Ketua OJK Wimboh Santosa, yang merupakan sekutu Sri Mulyani, sesama penganut mazhab neolib, lulusan Universitas Illinois AS, tidak becus dalam mengawasi Jiwasraya.
Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian BUMN Arya Sinulingga mengatakan, ada empat cara yang disiapkan pemerintah untuk menyelamatkan perusahaan ini. Pertama, pemerintah bakal mencari skema khusus untuk membayar polis nasabah pensiunan di Jiwasraya.
Nasabah pensiunan ini menjadi prioritas karena masuk dalam retail kecil dan bisa dilakukan jangka pendek. Tujuannya agar para nasabah pensiunan tak khawatir polisnya tak dibayar.
“Skema khusus ini dibuat antara Menteri BUMN dan Menteri Keuangan. Lagi dirumuskan dan dicari skemanya uang pensiun ini aman di Jiwasraya,” kata Arya di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (19/12).
Sementara dua skema lainnya adalah pengumpulan dana yang menjadi suntikan modal ke Jiwasraya. Pertama, menjual anak usaha PT Jiwasraya Putra. Kata Arya, bakal ada lima investor yang tertarik membeli, nilainya sekitar Rp 9 triliun.
Proses penjualan anak usaha ini diharapkan rampung pada triwulan I atau triwulan II 2020. Kelima investor itu berasal dari dalam dan luar negeri.
Cara kedua untuk pengumpulan dana bagi penyelamatan Jiwasraya adalah dengan membentuk holding asuransi. Arya menargetkan prosesnya kelar pada kuartal I atau kuartal II 2020. PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) akan menjadi induknya.
“Jangan-jangan (pembentukan) holding asuransi bisa lebih cepat dibanding holding BUMN lainnya. Diharapkan bisa (dapat dana masuk) sekitar Rp 7 triliun,” katanya.
Cara terakhir adalah restrukturisasi utang yang tertunggak. Kata dia akan dipilah mana yang penyelesaiannya bisa dilakukan jangka pendek dan jangka panjang.
“Nah yang dipercepat adalah retail kecil seperti nasabah pensiun. Mereka enggak usah khawatir,” katanya.
Laporan: Muhammad Lutfi