KedaiPena.Com – Beberapa kalangan mencatat bahwa data penyerapan tenaga kerja dari sektor konstruksi masih sangat kecil. Tak hanya itu, penyerapan tenaga kerja oleh sektor ini juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tiga tahun padahal di era Jokowi-JK pembangunan sangat masif dilakukan.
Berdasarkan data BKPM, serapan tenaga kerja dari investasi yang masuk juga terus menyusut. Pada 2015 yang terserap mencapai 900 ribu pekerja, lalu turun menjadi 700 ribu pekerja di 2016, dan per Juni 2017 hanya 250 ribu pekerja.
Tingkat pengangguran di tanah air sendiri telah melebihi 5% pada dua semester 2016, yaitu 5,5 % pada semester I dan 5,61% pada semester II. Pekerjaan sektor informal menjadi alternatif bagi masyarakat yang menjadi penganggur terbuka.
Pengamat Politik dan Ekonomi Lingkar Studi Perjuangan (LSP) Gede Sandra menilai bahwa turunnya penyerapan tenaga kerja di Indonesia dikarenakan saat ini tim ekonomi di pemerintahan Jokowi-JK salah menganut mazhab dalam menjalankan negara.
Gede menjelaskan seperti dalam menjalankan pembangunan infrastruktur pemerintahan Jokowi-JK lebih banyak melibatkan modal dari asing seperti Tiongkok. Sehingga, membuat pembangunan dan pertumbuhan tidak berkualitas serta hanya memperkaya orang menengah atas.
“Menggalankkan infrastruktur masih belum cukup untuk menciptakan lapangan kerja massal karena proyek-proyek tersebut bukan proyek padat karya (banyak melibatkan tenaga kerja),” ujar dia saat dihubungi oleh KedaiPena.Com, Jumat (1/12).
Dengan kondisi serupa, Gede menyarankan, harus ada strategi progresif yang dilakukan TIm Ekonomi Kabinet Jokowi-JK. Salah satunya dengan benar-benar serius menjewantahkan rencana program Padat Karya Presiden di tahun 2018.
“Maka bagus kemudian Presiden memiliki inisiatif untuk program padat karya tahun depan. Dampaknya akan signifikan kurangi pengangguran,” tandas Akademisi Universitas Bung Karno ini.
Laporan: Muhammad Hafidh