KedaiPena.Com – Sejarah telah menggoreskan bukti terkait ekspansi berbagai kepentingan international, baik kepentingan agama, ideologi, budaya, politik dan ekonomi, yang pernah menjadikan nusantara sebagai sasaran dan medan pertarungan perebutan pengaruh.
Demikian dikatakan Haris Rusly, aktivis Petisi 28 dan Kepala Pusat Pengkajian Nusantara Pasifik (PPNP) kepada KedaiPena.Com ditulis Selasa (21/3).
“Nyaris tak ada peradaban besar di dunia yang tak pernah singgah di negeri ini. Kita dapat menemukan peninggalan sejarah terkait pengaruh kebudayaan India, berupa bahasa, aksara hingga agama Hindu dan Budha di berbagai tempat,” kata dia.
Bukan hanya itu, di Indonesia juga dapat ditemukan peninggalan sejarah tentang pencapaian industri, kemajuan perdagangan dan ekspansi ekonomi bangsa China, yang tersebar luas hingga ke unjung timur nusantara. Di antara kita tentu pasti masih menyimpan beragam koleksi barang antik berupa koin hingga keramik yang merupakan peninggalan dari berbagai dinasti yang pernah berkuasa di China (dinasti Ming, dinasti Qing, dinasti Tang, dan lain-lain).
“Demikian juga warisan pengaruh Arab di wilayah nusantara juga dengan gampang ditemukan di negeri ini. Agama Islam yang tersebar luar di nusantara sebagai agama yang dipeluk mayoritas penduduk adalah bukti kuatnya pengaruh ekspansi nilai-nilai dari wilayah Arab,” jelas dia.
Walaupun pada akhirnya pengaruh kebudayaan barat yang datang bersamaan dengan ekspansi penjajahan ekonomi dan politik telah turut menyumbang pengaruh dalam aliran darah sejarah nusantara. Di antaranya yang paling mendasar adalah penggunaan aksara latin sebagai aksara nasional bangsa Indonesia.
“Sumpah Pemuda 1928 adalah sebuah prestasi besar yang pernah ditorehkan pemuda Indonesia, namun hanya berhasil menyentuh aspek unifikasi atau kesatuan wilayah, kesatuan bangsa dan kesatuan bahasa,” sambungnya.
Sumpah Pemuda, ia melanjutkan, tak menyinggung soal aksara nasional. Tak juga menggunakan aksara yang lahir dari perut bumi pertiwi. Akibatnya, Indonesia tak punya kesatuan antara bahasa dengan aksara yang digunakan.
“Kita menggunakan bahasa Melayu tapi dengan aksara Latin yang dikenalkan oleh penjajah,” kecewa dia.
Berbeda dengan sejumlah peradaban di dunia yang berhasil mempertahankan kesatuan antara aksara dengan bahasa yang bertahan hingga kini. Di antaranya peradaban barat yang berhasil mempertahankan kesatuan antara aksara dengan bahasa yang digunakannya.
“Kesatuan antara aksara latin dengan bahasa Inggris-nya yang telah berhasil menjajah dan menjadi bahasa dan aksara international. Sementara, peradaban China yang berhasil mempertahankan kesatuan antara bahasa Mandarin dengan aksara Hanzi, demikian juga kesatuan antara bahasa Arab dengan aksara Arab,” eks Ketua Umum PRD ini menambahkan.
Dapat dikatakan, ada tiga peradaban besar yang berhasil mempengaruhi mindset dunia hingga saat ini, yang dicerminkan oleh mengglobalnya penggunaan aksara dan bahasa, yaitu peradaban barat dengan aksara latin dan bahasa Inggrisnya, peradaban China dengan aksara Hanzi dan bahasa Mandarin, serta peradaban Arab dengan aksara Arab dan bahasa Arab yang digunakan oleh kitab Al Qur’an.
“Sebelumnya, berdasarkan temuan peninggalan sejarah di sejumlah kerajaan Islam di nusantara, kita pernah menggunakan bahasa Melayu tapi dengan aksara Arab. Kita juga pernah gunakan aksara Pallawa yang berasal dari dinasti Pallawa di Selatan India, aksara Kawi yang merupakan aksara brahmi, hingga aksara yang lahir dari bumi pertiwi berupa aksara Jawi,” tandas dia.
Laporan: Muhammad Hafidh