KedaiPena.Com – Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Selain itu, Indonesia juga termasuk negara yang sangat rentan terkena bencana-bencana yang terkait dengan perubahan iklim.
“Misalnya bencana banjir dan longsor yang sejak beberapa tahun belakangan ini seringkali terjadi,†sebut Maman Natawijaya selaku Koordinator Program Peningkatan Kapasitas Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat pada Yayasan KKSP dalam kegaiatan Learning Session Climate Change Bagi Organisasi Masyarakat Sipil di Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan oleh KKSP dan OXFAM di Grand Kanaya Hotel, belum lama ini.
Lebiih jauh dikatakan Maman, dari catatan BNPB sepanjang tahun 2016, terjadi 1.853 kejadian bencana di Indonesia dan menelan korban jiwa sebanyak 351 orang dan kerugian harta benda yang tak ternilai. Menurut BNPB, jelas Maman, hampir 90% bencana-bencana tersebut adalah bencana hidromteorologi yaitu bencana yang dipengaruhi oleh cuaca, seperti banjir, longsor, puting beliung dan gelombang pasang.
“Sisanya bencana kebakaran hutan dan lahan. Dan yang terakhir adalah bencana yang disebabkan geologi berupa erupsi gunung api dan gempa bumi,†terangnya.
Mengingat data terbaru tersebut, sambungnya, bahwa bencana terbesar adalah dipengaruhi perubahan iklim yang berdampak terhadap kelangsungan hidup dan tumbuh kembang terutama kelompok rentan seperti anak. Maka penanganannya membutuhkan keterlibatan masyarakat dan anak itu sendiri.
“Maka dari itu, dibutuhkan langkah-langkah untuk pengurangan resiko bencana terkait iklim. Ini dapat dilakukan dengan menaikkan kapasitas masyarakat dan anak dalam tindakan aktif untuk mencegah atau memperlambat terjadinya perubahan iklim,†jelas Maman.
Selain itu, peningkatan kesadaran dan penyebarluasan informasi perubahan iklim pada masyarakat terutama untuk masyarakat yang rentan sebagai tindakan kesiapsiagaan dini dan peningkatan kesadaran tentang bencana iklim yang semakin meningkat. Dalam penanggulangan masalah, tambahnya, perubahan iklim perlu dilaksanakan oleh semua pihak, termasuk organisasi masyarakat sipil.
Dimana organisasi masyarakat sipil dapat menjadi ujung tombak dalam menciptakan masyarakat yang memiliki kesadaran, kepedulian dan perilaku terhadap perubahan iklim. Selain itu, organisasi masyarakat sipil juga dapat memainkan peran dalam menciptakan masyarakat yang diharapkan dapat berperan aktif dalam mengatasi permasalahan perubahan iklim.
“Dalam peran organisasi masyarakat sipil ini, memberikan pemahaman dan kesadaran kepada masyarakat bahwa perubahan iklim bukanlah sesuatu hal yang perlu ditakuti, akan tetapi perlu dihadapi dan dijadikan peluang untuk dapat berkembang serta meningkatkan kapasitas adaptasi maupun mitigasi secara bersama,†sebut Maman.
Oleh karenanya, kapasitas organisasi masyarakat sipil perlu untuk ditingkatkan, agar dapat menghasilkan dampak yang positif bagi terciptanya masyarakat yang berkualitas dan ramah lingkungan, serta dapat menyelamatkan lingkungan dari dampak perubahan iklim.
Hal tersebut menurut Maman selaras dengan peran strategis organisasi masyarakat sipil dalam membekali masyarakat dengan pengetahuan terkait perubahan iklim, agar dapat menumbuhkan kesadaran dan memunculkan prilaku yang dapat mencegah dan mengatasi dampak perubahan iklim yang sedang dan akan terus terjadi.
“Semakin banyak organisasi masyarakat sipil beserta masyarakat yang bergerak untuk mengatasi dan mencegah terjadinya perubahan iklim diharapkan ancaman dan resiko dampak-dampak yang akan terjadi dapat dihindari. Untuk itu, peran strategis organisasi masyarakat sipil dalam mengatasi perubahan iklim ini harus ditunjang dengan informasi, pengetahuan, serta media pembelajaran,†tandasnya.
Laporan: Ilham Pane