KedaiPena.Com- Dekan Sekolah Pascasarjana Institute Perbanas, Dr. Steph Subanidja menilai bergabungnya Indonesia menjadi anggota penuh blok ekonomi Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan atau BRICS akan menjadi langkah penting dalam upaya memperkuat pengaruh ekonomi dan geopolitiknya di kancah global.
“Bergabungnya Indonesia ke dalam kelompok ini menandai langkah penting dalam upaya memperkuat pengaruh ekonomi dan geopolitiknya di kancah global,” kata dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu,(8/1/2025).
Prof. Steph memulai dengan menjelaskan bahwa keanggotaan Indonesia di BRICS membawa sejumlah peluang besar. Salah satunya adalah akses yang lebih luas ke pasar negara-negara anggota yang mencakup lebih dari 40% populasi dunia.
“Ini adalah peluang emas bagi Indonesia untuk mendiversifikasi mitra perdagangan dan investasi, sehingga tidak lagi terlalu bergantung pada negara-negara maju seperti Amerika Serikat atau Uni Eropa,” ujarnya.
Keanggotaan ini juga membuka pintu bagi Indonesia untuk memanfaatkan New Development Bank (NDB), lembaga keuangan BRICS yang bertujuan mendukung pembangunan infrastruktur dan keberlanjutan di negara-negara anggota.
Prof. Steph melihat NDB sebagai alternatif pendanaan yang dapat membantu percepatan proyek infrastruktur nasional.
“Pendanaan dari NDB relatif lebih fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan Indonesia, dibandingkan lembaga tradisional seperti IMF atau Bank Dunia,” jelasnya.
Selain itu, keberadaan Indonesia di BRICS memberikan posisi strategis dalam reformasi tata kelola global, terutama dalam isu perdagangan dan keuangan internasional.
“Indonesia kini memiliki wadah baru untuk memperjuangkan kepentingan nasional di panggung global, sekaligus memperkuat posisi tawarnya,” tambah Prof. Steph.
Namun, beliau juga mengingatkan bahwa ada tantangan yang harus diantisipasi. Salah satunya adalah bagaimana Indonesia dapat menjaga keseimbangan dalam hubungan dengan negara-negara lain di luar BRICS.
“Sebagai negara yang menganut politik bebas aktif, Indonesia harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam rivalitas geopolitik antara BRICS dan kekuatan Barat,” tegasnya.
Prof. Steph juga menyoroti perlunya pengelolaan hubungan yang hati-hati dengan Tiongkok, yang menjadi pemain dominan di BRICS.
“Meski ada banyak peluang, Indonesia harus memastikan bahwa posisinya tetap sejajar dengan negara-negara lain, bukan hanya sebagai pelengkap,” katanya.
Selain itu, perbedaan struktur ekonomi dan kepentingan antar anggota BRICS dapat menjadi hambatan dalam mewujudkan kerja sama yang efektif.
Prof. Steph menekankan pentingnya strategi nasional yang jelas untuk memaksimalkan manfaat keanggotaan BRICS.
“Keputusan ini adalah langkah besar, tetapi manfaatnya tidak akan terasa jika Indonesia tidak memiliki rencana yang matang,” ujarnya.
Ia juga menyarankan agar pemerintah melibatkan pemangku kepentingan, termasuk sektor swasta dan akademisi, untuk memastikan bahwa semua pihak dapat berkontribusi dalam memanfaatkan peluang yang ada.
Dengan optimisme yang terukur, Prof. Steph yakin bahwa keanggotaan di BRICS adalah peluang besar bagi Indonesia untuk melangkah lebih jauh dalam pembangunan ekonomi dan pengaruh global.
Namun, suksesnya langkah ini sangat tergantung pada kesiapan dan kemampuan Indonesia dalam mengelola peluang dan tantangan yang ada.
“Ini adalah babak baru bagi Indonesia, dan kita harus memanfaatkannya sebaik mungkin,” pungkasnya.
Laporan: Muhammad Hafid