KedaiPena.Com – Tokoh nasional Rizal Ramli menegaskan Indonesia tidak bisa pecah kalau kepemimpinan nasional lemah. Bukan hanya itu, disintegrasi bisa terjadi jika terjadi ketidakadilan sosial dan ketidaksejahteraan.
Demikian disampaikannya di Jakarta, ditulis Kamis (3/1/2019).
Apalagi kekuatan adikuasa seperti AS, dan lainnya tidak pernah tinggal diam untuk berpengaruh di kawasan Asia Tenggara.
”Indonesia bukan punah, tapi bisa disintegrasi atau pecah kalau kepemimpinan lemah dan ketidakadilan makin parah,” kata RR, sapaan negarawan jebolan Boston University, AS ini.
Rizal melanjutkan, anggaran dana Papua dari pusat besar. Namun tidak sampai ke rakyat Papua, karena melalui birokrasi gubernur, bupati dan seterusnya yang tak efektif, bocor dan KKN.
”Harusnya dana itu disampaikan langsung ke rakyat, atau dengan membuat ATM atau diberikan langsung ke tangan rakyat,” sambung eks penasehat ekonomi PBB.
Pendekatan kesejahteraan dan keadilan, lanjutnya, harus menggantikan pendekatan keamanan.
‘Rakyat Papua miskin, sekolah susah, sama dengan di Maluku. Jadi pendekatan kesejahteraan dan keadilan jauh lebih efektif ketimbang pendekatan keamanan.
”Ingat Australia, AS dan Cina sangat tertarik dengan Papua. Jadi kita harus bisa melayani kepentingan rakyat Papua agar bebas dari kemiskinan dan ketidakadilan,” kata Menko Ekuin era Presiden Gus Dur itu.
Soal pecahnya negara bangsa, Rizal mengingatkan bahwa Imperium Romawi dan Yunani waktu Alexander, kekuasaannya sampai Asia, hingga perbatasan Cina, tapi kemudian hilang begitu saja.
” Negara bubar itu juga terjadi saat Soviet era Mikhail Gorbachev. Mereka bubar setelah ada beberapa negara bagian yang tak bisa dikendalikan, padahal Gorbachev dipuji Barat, tapi kepemimpinannya lemah,” ujar RR dalam simulasi Ekonomi dan Sosial Indonesia tahun 2030.
Jelang akhir abad 20, kita lihat Yugoslavia pecah jadi tujuh negara. Yugoslavia di bawah Tito yang juga sahabat Soekarno, di era penggantinya, pecah berantakan. Demikian halnya, India-Pakistan-Bangladesh juga pecah.
”Juga Suriah, Yaman dan Libya dilanda perang saudara dan intervensi asing,” kata Rizal, mantan Menko Kemaritiman.
Laporan: Muhammad Hafidh